Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Nama Anarko kembali muncul dalam pemberitaan nasional setelah lima pelaku vandalisme di Tangerang Kota ditangkap pada Jumat pekan lalu. Polisi menyebut mereka sebagai anggota Anarko dan kelompok ini dituding berencana menjarah sejumlah kota di Pulau Jawa, pada 18 April mendatang atau di saat masyarakat sedang menghadapi pandemi COVID-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam acara Instagram live oleh Historia.id, penulis buku-buku filsafat, Martin Suryajaya menjelaskan secara ringkas tentang Anarkisme. Acara tersebut dipandu oleh Pemimpin Redaksi Historia, Bonnie Triyana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Secara harfiah, Martin menjelaskan bahwa Anarkisme berasal dari bahasa Yunani yakni archein berarti akar. Paham ini secara umum menolak segala sesuatu yang berakar pada hierarki. Secara lebih lengkapnya, pemikiran Anarkisme lahir di abad ke-19, walau jauh sebelum era modern pemikiran sejenis sudah ada.
"Pierre-Joseph Proudhon, dia yang pertama kali mencetuskan istilah anarkis itu dalam bahasa Perancis," ujar Martin dalam acara tersebut.
Berbarengan dengan Proudhon, kata Martin, ada para pemikir Anarkisme lain dengan tendensi yang berbeda-beda. Seperti Henry David Thoreau dari Amerika Serikat dan Max Stirner dari Jerman. Tiga tokoh ini disebut Martin punya peran penting dalam pemikiran Anarkisme.
Menurut Martin, Henry David Thoreau merupakan tokoh Anarkisme Hijau. Paham ini memberikan penekanan khusus terhadap lingkungan. Pembebasan tidak hanya menyangkut individual melainkan juga alam.
"Thoreau itu dalam praktik hidupnya memang seperti itu, dia hidup sendiri di kabin," kata Martin.
Di sisi lain, Max Tilner justru mengedepankan Anarkisme yang mengedepankan kedaulatan individual. Segala hal yang membatasi atau mengkrangkeng kedaulatan individu harus ditolak.
Sementara Anarkisme ala Proudhon mengarah pada Sosialisme sehingga dekat dengan Marxisme. Kata Anarkisme itu sendiri pertama kali muncul dalam buku Prudhon yang berjudul What Is Property?. Walau secara pemahaman dekat, Martin berujar, Anarkisme Sosialis dan Marxisme berbeda dan justru tidak begitu akur.
Dia mengatakan, Anarkisme ala Proudhon menolak segala bentuk hierarki termasuk negara. Sementara, Karl Marx masih berpikir untuk mengambil alih negara sebagai salah satu tahap sebelum terwujudnya cita-cita dari Komunitas itu, yakni masyarakat tanpa kelas.
"Sementara Anarkisme Sosialis menganggap bahwa negara secara inheren sudah bermasalah. Kalau kita mau mengakali pun kita akan terjebak dalam logika birokrasi, hierarki dan seterusnya," ujar Martin.
Walau begitu, kata Martin, Anarkisme dan Marxisme memiliki satu kesamaan. Yakni menolak Kapitalisme.
Martin melanjutkan, perpecahan antar kedua gerakan itu secara nyata terjadi saat Anarkisme keluar dari Internasionale Pertama. Gerakan oleh para pekerja di dunia tersebut digagas oleh tokoh utama Komunisme, yaitu Karl Marx. Toko Anarkisme pada saat itu, Mikhail Alexandrovich Bakunin melakukan pemisahan terhadap Internasionale Pertama dan membuat fraksi sendiri yang dikenal dengan Federasi Jura.
Dalam kesempatan itu, Martin juga menjelaskan bahwa Anarkisme juga terbagi dalam banyak kelompok tendensi. Saking banyaknya, kata dia, muncul gerakan Anarkisme tanpa Adjektif atau tanpa embel-embel apa pun seperti Hijau atau Sosialisme.
Namun secara garis besar, varian besar Anarkisme di antaranya adalah Anarkisme Sosial atau yang juga disebut sebagai Libertarian Kiri. Kelompok ini menolak kapitalisme dan relasi kerja upahan. Ide-idenya dekat dengan Marxisme. Kelompok ini juga memiliki sub varian yang dikenal dengan nama Anarko Sindikalis.
"Anarkisme Sindikalis ini kelompok yang menekankan serikat pekerja sebagai medium utama perlawanan mereka," kata Martin.
Varian besar lainnya adalah Anarko hijau, yang memiliki diskursus tentang lingkungan. Dalam rumpun kelompok ini, ada juga kelompok Anarko Primitivisme. Kelompok ini, kata Martin, menolak segala bentuk teknologi.
"Mereka kembali ke kondisi nature," kata dia.
Martin mengatakan, Anarkisme juga tidak semuanya merupakan gerakan Kiri. Di sayap Kanan, dikenal sebuah kelompok dengan nama Anarkisme Kapitalisme. Mereka mengidamkan tatanan pasar tanpa intervensi negara. Negara dianggap menindas karena mencampuri urusan pasar. "Jadi free market anarchisme," kata Martin.