Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Stasiun Matraman dan Jejak Area Matraman: Dari Penyerbuan Mataram hingga Pendudukan Inggris

Asal muasal penamaan Matraman, lokasi Stasiun Matraman, memiliki berbagai versi dan selalu dikaitkan seorang pangeran dari Kerajaan Mataram.

22 Juni 2022 | 15.00 WIB

Stasiun Matraman akan mulai diuji coba pada Kamis (16/6/2022). Stasiun itu akan difungsikan sebagai alternatif penumpang KRL naik-turun antara Stasiun Manggarai dan Jatinegara.TEMPO/Annisa Apriliyani
Perbesar
Stasiun Matraman akan mulai diuji coba pada Kamis (16/6/2022). Stasiun itu akan difungsikan sebagai alternatif penumpang KRL naik-turun antara Stasiun Manggarai dan Jatinegara.TEMPO/Annisa Apriliyani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Matraman, lokasi Stasiun Matraman, merupakan salah satu kawasan tua kaya sejarah yang terdapat di wilayah Jakarta Timur dan sebagian lagi (Matraman Dalam) masuk Jakarta Pusat.

Mengutip nomor.net, Matraman berisi enam kelurahan, yakni Kayu Manis, Kebon Manggis, Palmeriam, Pisangan Baru, Utan Kayu Selatan, dan Utan Kayu Utara. Daerah yang padat akan gedung-gedung menjulang ini ternyata punya sejarah yang panjang.

Penyerbuan Bala Tentara Sultan Agung ke Batavia

Mengutip dari jakarta-tourism.go.id, asal muasal penamaan Matraman memiliki berbagai versi dan selalu dikaitkan dengan seorang pangeran dari Kerajaan Mataram dalam peristiwa penyerangan tentara Sultan Agung ke jantung kendali VOC Belanda, yakni Batavia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Matraman berawal dari suatu tempat di wilayah Kelurahan Pal Meriam. Di sebuah tempat bekas tongkat yang ditancapkan oleh seorang pangeran dari Mataram. Tempat ini lalu dikenal dengan nama Kampung Matraman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pal Meriam sendiri merupakan wilayah yang diserahkan oleh seorang pangeran Mataram kepada pamannya dalam penyerangan ke Batavia alias Jayakarta atau Jakarta yang kala itu dijajah Belanda. 

Bala tentara Sultan Agung singgal di kawasan tersebut sebelum bertempur. Tetapi episode gempuran untuk mengusir VOC dari Tanah Air tersebut gagal. 

Unggul persenjataan, benteng kokoh, dan logistik, VOC Belanda berhasil mempertahankan Batavia. Adapun bala tentara Sultan Agung ditarik mundur kembali ke wilayah Kerajaan Mataram. 

Masjid Kecil

Pendapat lain memaparkan bahwa Matraman berasal dari sebuah mesjid kecil di pinggir Ciliwung yang digunakan pangeran dari Mataram. Bekas masjid itu kemudian menjadi Kampung Matraman Dalam, Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng.

Berikutnya: Pada era kolonial Belanda, rumah tersebut dimiliki Tuan Bool...



Di tempat itu dulu pemah ada rumah sang pangeran yang bercorak Jawa dengan tiang-tiang besar. Pada jaman Belanda rumah tersebut dimiliki oleh Tuan Bool dan dijadikan tempat pemeliharan hewan-hewan. Namun kemudian dihancurkan karena menjadi persengketaan. Kampung Matraman lama berada di sekitar masjid ini dan disebut Matraman Dalam Mesjid

Sementara itu mengutip perpusnas, Lily Utami pemerhati sosial dan budaya menyebutkan bahwa konon kata Matraman diambil dari kata Mataraman, karena wilayah tersebut dulunya dijadikan perkubuan oleh pasukan Mataram dalam rangka penyerangan kota Batavia yang dipegang VOC Belanda.

Pasukan Mataram pimpinan Sultan Agung ketika itu dua kali menyerang kubu VOC di Batavia pada tahun 1628 – 1629. sedang VOC saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen. Sejak saat itulah kubu pertahanan Mataram ini kemudian diabadikan menjadi nama tempat sehingga sekarang.

Selain itu, dikutip dari buku Alwi Shahab 2001, pada tahun 1811 sempat terjadi pertempuran besar antara pasukan Inggris dengan pasukan Belanda di daerah Matraman yang dimenangkan oleh Inggris, dan menandai mulainya masa pendudukan Inggris di Pulau Jawa. Thomas Raffles lalu membangun markas – markas militer dikawasan itu hingga Jatinegara. 

Rawan Kejahatan

Pada awal tahun 1900-an, kawasan tersebut bahkan menjadi tempat rawan kejahatan. Koran Bintang Betawi, surat kabar yang dahulu terbit di wilayah Betawi dan sekitarnya beberapa kali memberitakan kejahatan yang pernah terjadi di daerah Matranam.

Salah satunya menceritakan seorang Belanda bernama Tuan V, diserang oleh satu prajurit yang langsung melompat naik kedalam kendaraannya saat dia melewati daerah antara Salemba dan Mr Cornelis (Jatinegara).

Usai berhasil masuk, prajurit ini lantas menusuk Tuan V yang untungnya tidak mengenai Tuan V. Tuan V segera turun dari kendaraannya, sedang prajurit itu lalu memaksa kusir untuk membawanya pergi. Tuan V mencoba mengejar, namun prajurit itu berhasil kabur dengan berlari masuk ke dalam tangsi, lalu memanjat tembok dan menghilang.

Pada pertengahan abad ke-19, mayoritas penduduk Matraman terdiri dari orang Betawi. Penduduk Matraman makin berkembang dengan banyaknya pendatang untuk mencari nafkah atau sekolah.

Penduduk asli Matraman yang telah tinggal secara turun temurun di Matraman mendapat sebutan Orang Betawi Matraman. Semula mereka berasal dari Kampung Kebon Manggis Lama yang dipindahkan akibat pembangunan kompleks militer tentara Belanda (Berland). Selain dipindahkan ke Matraman ada juga yang menempati Pal Meriam, Jatinegara, Kebon Pala, Pisangan, Kebon Kosong, dan Matraman Dalam Mesjid.

Antara tahun 1947-1950, Matraman termasuk dalam Kelurahan Matraman, Asistenan Kampung Melayu, Kawedanan Kramat jati, Kota praja Jakarta Raya. Kantor kawedanan ada di Pasar Minggu. Pada tahun 1967, Kelurahan Matraman terpecah menjadi beberapa kelurahan, yaitu: 

(I) Kelurahan Manggarai dan Kampung Bali yang termasuk Matraman Dalam dan masuk Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan; 

(2) Kelurahan Kebon Manggis dan Kelurahan Meriam, masuk Kecamatan Matraman, Jakarta Timur; 

(3) Kelurahan Pegangsaan dengan wilayah yang meliputi sebagian Kampung Matraman dan masuk Kecamatan Menteng, Jakarta Timur. Nama Matraman akhimya kembali digunakan. Berasal dari pecahan Kecamatan Jatinegara, Kecamatan Matraman, dan Kecamatan Tebet. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus