Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga dan kerabat belum juga mendapat izin menemui dan melihat dari dekat kondisi Markus Ali (30), pria yang diduga menjadi korban dalam video viral Brimob brutal usai kerusuhan 22 Mei lalu. Markus saat ini berada di ruang perawatan intensif (ICU) Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sampai saat ini, kami belum diberi akses untuk bertemu. Orang terdekatnya saja belum bisa menemuinya,” ujar Falis Aga Triatama, kuasa hukum keluarga Markus dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), seperti ditulis Koran Tempo edisi Selasa 11 Juni 2019.
Peneliti dari Kontras, Rivanlee Anandar, menambahkan, terus mendampingi keluarga Markus agar mereka mendapatkan akses untuk bertemu. "Keluarga kami dampingi, dan mereka juga kesulitan mengakses Markus untuk ketemuan secara personal, tatap muka," ucapnya.
Rivanlee mengungkapkan kalau sejauh ini, kondisi Markus masih belum memungkinkan untuk diajak bicara karena kritis. Markus diduga korban dalam video viral berisi kekerasan sejumlah anggota Brimob usai kerusuhan 22 Mei lalu. Saat itu personel Brimob menyisir tersangka pelaku kerusuhan di kawasan Kampung Bali, Tanah Abang, tak jauh dari Gedung Bawaslu--lokasi demonstrasi dan kerusuhan.
Keterangan saksi yang ditemui Tempo menguatkan dugaan itu sekalipun polisi menyebut korban dalam video itu adalah Andri Bibir, 31 tahun. Seperti yang ditunjukkan polisi, kondisi Andri atau Andre yang kini berada dalam tahanan Polda Metro Jaya jauh berbeda dengan Markus saat ini.
Situasi Musala Al Huda dan lahan kosong milik Smart Service Parking di Kampung Bali, Jakarta Pusat, Jumat, 24 Mei 2019. TEMPO/M Yusuf Manurung.
"Saya sudah enggak sanggup lihat Markus di ICU, enggak sanggup nahan air mata," kata V, pacar Markus, pada Rabu 29 Mei 2019. Markus digambarkannya tak sadarkan diri dengan sejumlah selang dan kepala yang telah digunduli.
V mengaku hanya bisa menatap kekasihnya itu melalui kaca di luar ruangan. Saat itu, dia belum diizinkan masuk oleh rumah sakit. Seorang anggota polisi yang menemuinya meminta bersabar menunggu beberapa hari lagi.
V sebelumnya telah mencari-cari keberadaan Markus pasca kerusuhan 22 Mei. Keduanya terakhir komunikasi lewat handphone pada malam kerusuhan terjadi, sekitar Pukul 23 WIB. Saat itu, menurut V, Markus memberi kabar soal kerusuhan pecah di depan Bawaslu RI yang berjarak sekitar 250 meter dari Masjid Al Huda, Kampung Bali.
V mengaku langsung meminta Markus pulang ke rumahnya di Kampung Rambutan, Jakarta Timur. "Dia cari jalan tapi diblokade, jadi enggak bisa," katanya mengisahkan penuturan sang kekasih.
Markus mengungkap gas air mata menghadang dan dia terpaksa menggunakan pasta gigi di sekitar matanya. Terakhir dia mengabarkan tidak bisa ke Kampung Rambutan dan memilih istirahat di lahan parkir masjid biasa dia mencari nafkah. Sangkaan polisi, Markus bersama Andri Bibir dan temannya yang lain membantu massa perusuh menyediakan batu serta air untuk menghindari serangan gas air mata.
Pagi harinya, V mengaku kembali menelepon Markus dan sempat diangkat. Namun, suara di saluran telepon tidak jelas. Ketika ditelepon kembali, nomor ponsel sudah tidak aktif. Pada pagi yang sama sejumlah anggota Brimob datang menyisir Kampung Bali.