Bank Indonesia mencatat bahwa utang luar negeri Indonesia pada April 2023 berada pada angka US$ 403,1 miliar atau setara dengan Rp 6.000 triliun lebih. Angka itu menurun dari posisi utang luar negeri pada bulan sebelumnya sebesar US$ 403,3 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, kontraksi pertumbuhan utang luar negeri didorong oleh penurunan utang luar negeri sektor swasta. Untuk diketahui, sebagian besar utang luar negeri Indonesia disumbang oleh utang swasta, dengan porsi sebesar 50 persen.
Sedangkan utang pemerintah pada bulan yang sama tercatat sebesar US$ 194,1 miliar atau sekitar Rp 2.978 triliun, dan memiliki andil sebesar 48 persen dari total utang luar negeri. Angka itu naik dari US$ 194,02 miliar di bulan sebelumnya. Sebagian besar utang pemerintah jatuh tempo dalam jangka waktu panjang atau lebih dari satu tahun, seperti tampak pada visualisasi di atas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan sektor ekonomi, utang luar negeri pemerintah terdiri dari sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 24,1 persen; administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 17,9 persen; jasa pendidikan 16,8 persen; konstruksi 14,3 persen; serta jasa keuangan dan asuransi 10,2 persen.
Pada Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI DPR Selasa, 13 Juni 2023, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan,, Suminto, mengatakan pemerintah berencana mengajukan utang luar negeri US$ 2 miliar atau setara Rp 30,22 triliun pada 2024.

Faisal Javier