Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

2020, Video Bakal Membuat Akses Internet Macet Total?  

Dari tahun 2000 hingga 2012 pertumbuhan penggunaan Internet naik 60 persen per tahun.

6 Mei 2015 | 15.22 WIB

Dua orang Sales Promotion Girl berjaga di depan tv platform video streaming global dalam penyelenggaraan belanja online Rakuten Expo, di Jakarta, Rabu (13/11). TEMPO/Imam Sukamto
Perbesar
Dua orang Sales Promotion Girl berjaga di depan tv platform video streaming global dalam penyelenggaraan belanja online Rakuten Expo, di Jakarta, Rabu (13/11). TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan pengakses video streaming di Internet tumbuh luar biasa. Bahkan, diprediksi bakal membuat akses Internet bukan tak mungkin bakal macet total pada 2020. Prediksi itu disampaikan oleh Akamai, salah satu perusahaan penyedia jaringan jaringan dan server dunia. David Habben, Chief Media Strategist Akamai Technology, mengatakan pertumbuhan video streaming saat ini sangat cepat.

Menurut David, dari tahun 2000 hingga 2012 pertumbuhan pengguna di server Akamai naik 60 persen per tahun. “Tahun lalu pengguna Internet melalui Akamai sudah mencapai 26 terabita per second (Tbps),” ujarnya dalam diskusi The Future Media and Video, di Jakarta, Rabu, 6 Mei 2015. Jika pertumbuhan itu diproyeksikan hingga ke 2020, maka diperkirakan Internet bisa macet bila tak diimbangi dengan penyediaan infrastruktur yang memadai.

Diperkirakan bakal ada 2,5 miliar penonton video streaming. Jika setiap penonton video streaming butuh bandwidth Internet 10 Mbps, maka akan dibutuhkan server yang bisa menampung akses lebih dari 25.000 Tbps.

Fenomena haus bandwidth Internet akibat adanya video streaming itu juga dipicu oleh meningkatnya beragam gawai seperti ponsel pintar, sabak digital (tablet), sampai televisi dengan teknologi Ultra High Definition (UHD). Dulu, pada 2001 pengguna Internet sudah puas dengan kualitas video tipe QVGA MPEG1 yang butuh Internet 550 Kbps. Kemudian meningkat pada 2004 dengan teknologi SVGA atau MPEG2-4 dengan kebutuhan 1.800 Kbps. Pada 2011 muncullah teknologi HDTV atau H.264 yang butuh kecepatan Internet 7.500 Kbps. Lalu pada 2013 muncul televisi 4K-UHD yang butuh kecepatan 16.000-30.000 Kbps.

Ali Hakim, Digital Media ASEAN, Akamai, menambahkan konten video di sejumlah negara ASEAN sudah tumbuh pesat. Di Singapura, misalnya, kini hal yang biasa orang menonton video streaming di MRT. Mereka kebanyakan mengakses film dari Amerika Serikat melalui Netflix.com atau Hulu.com. Meski itu situs berbayar, tapi cukup favorit di Negeri Jiran. “Jumlah user-nya mencapai puluhan ribu,” ujarnya.

Pertumbuhan video streaming itu juga ditunjukkan oleh tingginya jumlah pengakses video untuk acara seperti Olimpiade atau Piala Dunia. Pada Olimpiade di London 2012, video streaming mencapai 1,9 miliar pengguna (5 persen di antaranya menggunakan tablet). Pada Olimpiade Musim Dingin Sochi 2014, pengguna video streaming mencapai 3,5 Tbps dan 20 persen di antaranya memakai tablet. Pada Piala Dunia 2014, video streaming mencapai 7 Tbps atau meningkat dua kali lipat.

Melihat tren itu beberapa media lokal Singapura seperti Mediacorp juga sudah mulai mengembangkan bisnis video streaming. Yang populer salah satunya adalah tayangan mini seri yang dibuat Mediacorp khusus untuk Internet dan tak ditayangkan di televisi.

Di Indonesia, pertumbuhan pengguna video streaming juga tinggi. Salah satu contohnya, kata Agung Binarko, Senior Product Manager Liputan6.com, situs Vidio.com saat ini rata-rata ditonton sebanyak 10 juta kali dalam sebulan. Bahkan, saat ada peristiwa meninggalnya Olga Syahputra, situs itu dikunjungi 180 ribu orang per detik.

Meningkatnya bisnis video streaming itulah yang diantisipasi PT Telkom. Melalui anak perusahaannya Telkom Indonesia International (Telin) dan menggandeng Akamai, mereka menggarap pasar penyediaan layanan jaringan dan CDN. Akamai sendiri menyediakan jaringan di 90 negara, 900 kota termasuk di Indonesia. Akamai saat ini menangani 15-30 persen traffic Internet dunia.

Bersama Akamai, Telin menyediakan jaringan dan server di empat kota di Indonesia, salah satunya layanan content delivery network(CDN). Telin sendiri sudah ekspansi ke-10 negara seperti Singapura, Amerika Serikat, Arab, Australia, dan Myanmar. Bisnis video streaming diyakini Telin bakal membuat penggunaan CDN meningkat. “Para TKI di luar negeri saja kini sudah 40 persen yang memakai smartphone. Mereka mengakses dan membuat video online,” kata S.P. Natigor Sitorus, Direktur Pemasaran Telkom.

B.S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Burhan Sholihin

Burhan Sholihin

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus