Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Belakangan ini, Twitter diketahui menghapus fitur yang mempromosikan hotline pencegahan bunuh diri dan sumber daya keamanan lainnya kepada penggunanya. Menurut dua orang sumber terpercaya, penghapusan fitur tersebut merupakan arahan dari CEO baru Twitter, Elon Musk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Reuters, Kepala Bagian Kepercayaan dan Keamanan Twitter Ella Irwin mengatakan bahwa pihaknya telah memperbaiki dan memperbarui prompt-nya. “Kami berharap untuk memilikinya kembali pekan depan," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penghapusan fitur layanan notifikasi khsuus yang dikenal sebagai #ThereIsHelp, belum pernah dilaporkan sebelumnya. Itu ditampilkan di bagian atas pencarian khusus kontak untuk organisasi pendukung di banyak negara terkait dengan kesehatan mental, HIV, vaksin, eksploitasi seksual anak, COVID-19, kekerasan berbasis gender, bencana alam, dan kebebasan berekspresi.
Penghapusan fitur ini disebut membuat kekhawatiran tentang kesejahteraan pengguna yang rentan di Twitter meningkat. Elon Musk mengatakan bahwa tayangan, atau pandangan, konten berbahaya menurun sejak ia mengambil alih Twitter pada Oktober lalu dan telah men-tweet grafik yang menunjukkan tren penurunan.
Sebagian karena tekanan dari kelompok keamanan konsumen, layanan Internet termasuk Twitter, Google dan Facebook selama bertahun-tahun telah mencoba mengarahkan pengguna ke penyedia sumber daya terkenal seperti hotline pemerintah ketika mereka mencurigai seseorang mungkin dalam bahaya. "Kami tahu prompt ini berguna dalam banyak kasus dan hanya ingin memastikannya berfungsi dengan baik dan terus relevan," kata Irwin.
Eirliani Abdul Rahman, yang tergabung dalam grup penasihat konten Twitter yang baru-baru ini dibubarkan, mengatakan hilangnya #ThereIsHelp sangat membingungkan dan mengganggu. “Biasanya hal semacam itu dikerjakan secara paralel, bukan menghapusnya," katanya.
AIDS United yang berbasis di Washington, yang dipromosikan di #ThereIsHelp dan iLaw, sebuah kelompok di Thailand yang mendukung kebebasan berekspresi, keduanya mengatakan bahwa hilangnya fitur tersebut merupakan kejutan bagi mereka. AIDS United mengatakan sebuah halaman web yang ditautkan dengan fitur Twitter menarik sekitar 70 tampilan sehari hingga 18 Desember. Sejak itu, secara total telah menarik 14 tampilan.
Damar Juniarto, direktur eksekutif di mitra Twitter Southeast Asia Freedom of Expression Network, lewat cuitannya mengatakan penghilangan fitur tersebut merupakan tindakan bodoh dan dapat membuat organisasi-organisasi yang bersangkutan meninggalkan Twitter.
Twitter menyebutkan telah meluncurkan beberapa permintaan sekitar lima tahun lalu dan beberapa telah tersedia di lebih dari 30 negara. Dalam salah satu postingan blog tentang fitur tersebut, Twitter mengatakan memiliki tanggung jawab untuk memastikan pengguna dapat "mengakses dan menerima dukungan pada layanan kami saat mereka sangat membutuhkannya".
HATTA MUARABAGJA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.