Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Jumbo Tak Semata Film, Visinema Bangun Gerakan Kolektif Animasi Lokal

CEO Visinema Angga Dwimas Sasongko menyebut jutaan penonton Jumbo membuktikan sambutan besar pasar domestik terhadap film animasi.

8 Mei 2025 | 16.35 WIB

Film Jumbo. Dok. Visinema Studios
Perbesar
Film Jumbo. Dok. Visinema Studios

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kesuksesan film animasi Jumbo bukan hanya soal angka penonton yang nyaris menyentuh 9 juta. Bagi Angga Dwimas Sasongko, pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Visinema—rumah produksi Jumbo—capaian tersebut membuktikan Jumbo lebih dari sekadar tontonan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Rasanya seperti mimpi yang pelan-pelan jadi nyata. Jumbo bukan cuma film bagi kami, tapi jadi semacam gerakan kolektif,” kata Angga kepada Tempo pada Kamis, 8 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angga mengakui proyek film animasi ini tak mudah diwujudkan. Dia tak menutupi betapa rumitnya proses yang harus dilalui. Namun, dengan besarnya animo penonton, dia melihat sinyal kuat dari publik. Di hari ke-38 penayangan—sejak rilis bersamaan dengan libur Lebaran 2025–jumlah penonton Jumbo menembus angka 8.906.224.

“Itu validasi bahwa penonton Indonesia siap merayakan animasi lokal,” tuturnya.

Yang lebih mengharukan, menurut Angga, penonton merasakan keterikatan emosional terhadap cerita Jumbo. Banyak yang datang ke bioskop bukan hanya untuk menonton, tapi karena merasa memiliki ikatan personal dengan ceritanya.

Capaian besar Jumbo juga mengubah cara Visinema memandang masa depan animasi Indonesia. Karena aspek visual yang lebih rumit, film animasi tergolong mahal dari sisi bisnis. Pengerjaannya juga membutuhkan waktu. Semua hambatan ini sudah dilalui dalam proses produksi Jumbo.

“Jumbo menunjukkan bahwa kalau kita serius membangun cerita, karakter, dengan visi yang kuat, maka penonton akan datang,” tutur Angga.

Optimisme Angga terhadap animasi tumbuh jauh sebelum Jumbo tayang di layar lebar. Sejak 2019, dia menjadikan animasi sebagai fondasi baru Visinema dalam product storytelling. Visinya adalah membawa Indonesia lebih jauh melangkah sebagai bangsa kreasi.

Bukan tanpa tantangan, proyek Jumbo sempat terganggu akibat masa pandemi. Penutupan bioskop—sebagai salah satu ruang terbuka publik—saat itu membuat para sineas khawatir. Dengan produksi yang tersendat, tim Visinema pernah dihadapkan pada keputusan besar; lanjut atau berhenti. “Tapi saya memilih lanjut. Dari situ saya sadar bahwa kita sendiri yang membangun masa depan yang kita mau,” kata Angga.

Pria yang aktif menjadi sutradara dan produser film ini meyebut tantangan terbesar Jumbo bukan pada aspek teknis produksi, melainkan pada upaya membangun kepercayaan. “Kepercayaan bahwa film animasi lokal bisa punya kualitas yang pantas ditonton berjuta-juta orang,” ucap dia. Film animasi juga dianggap layak untuk didukung oleh semua pihak, termasuk sektor non-film.

Jumbo sedang disiapkan untuk menapaki fase baru sebagai intellectual property (IP). Visinema merancang berbagai ekspansi, mulai dari serial, pertunjukan musikal, merchandise, hingga pengalaman taman hiburan.

Angga menginginkan semua produk ekspansi Jumbo tetap membumi dengan nilai-nilai utama filmnya. “Keluarga, persahabatan, dan keberanian menjadi diri sendiri. Jadi bukan hanya besar secara komersial, tapi juga meaningful secara emosional,” ucapnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus