Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Digital

Review Spider-Man PS4: Simulasi Menjadi Spidey

Kali ini Tempo berkesempatan melakukan review Spider-Man.

24 September 2018 | 16.46 WIB

Game Spider Man di PS4. (Foto: PS4)
Perbesar
Game Spider Man di PS4. (Foto: PS4)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kali ini Tempo berkesempatan melakukan review Spider-Man (2018). Membuat game superhero bukan perkara gampang. Walau ada ribuan kisah di komik yang bisa diadaptasi, sulit untuk menerjemahkan kemampuan superhero secara apik ke dalam gameplay. Superheronya terlalu kuat, gamenya akan menjadi membosankan. Superheronya diperlemah, gamenya menjadi terlalu sulit. Kemampuan superhero harus seimbang dengan tantangan yang dihadapi gamer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Spider-man (2018) dari developer Insomniac untuk PlayStation 4 berhasil mewujudkan keseimbangan itu. Semuanya terasa pas ketika Tempo memainkan Spider-Man hingga tamat. Gameplaynya asyik, ceritanya seru, tantangan yang dihadapi gamer pun tidak bisa dianggap remeh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak Setia ke Komik

Game Spider-Man kali ini mengambil setting kurang lebih 8 tahun sejak Peter Parker menjadi Spider-Man. Selama delapan tahun itu, Spider-Man telah menjebloskan berbagai musuh ikoniknya ke dalam penjara bernama The Raft. Beberapa di antaranya adalah Rhino, Vulture, Scorpion, dan yang terbaru adalah Wilson Fisk atau dikenal sebagai King Pin.

Ketika menjebloskan King Pin ke The Raft, Peter Parker membayangkan dirinya tidak perlu lagi bercapai-capai mengentaskan masalah kriminalitas. Ia membayangkan kedamaian di Manhattan, Amerika Serikat di mana ia bisa fokus mencari nafkah untuk membayar tagihan-tagihannya yang menumpuk. Namun, ia ternyata salah.

Spider-Man (PS4). Kredit: Youtube/Marvel Entertainment

Masuknya King Pin ke sel penjara menimbulkan kekosongan kekuasaan di dunia kriminal. Berbagai organisasi mulai berperang untuk memperebutkan kekosongan itu.  Salah satunya bernama The Demons yang belakangan diketahui memiliki kaitan erat dengan lingkaran pertemanan Peter.

Perlu diketahui, karakterisasi beberapa tokoh di game ini berbeda dengan yang ada di komik. Peter Parker, misalnya, tidak lagi digambarkan sebagai fotografer lepas Daily Bugle namun asisten professor di Octavius Corp. Contoh lain, Mary Jane, yang di komik digambarkan sebagai model dan kekasih Peter, di game ini malah digambarkan sebagai mantan kekasih Peter dan seorang jurnalis investigasi.

Perubahan itu tak berhenti di karakterisasi, tetapi juga di gameplay yang menjadi nilai utama game ini.

Memoles Formula Lama

Gameplay Spider-Man sesungguhnya tidak berubah banyak dibandingkan pendahulu-pendahulunya. Gamer masih bisa berayun-ayun di jantung kota Manhattan dan gamer juga masih bisa menggunakan jaring laba-laba Spider-Man untuk melumpuhkan musuh-musuh yang menghadang.

Namun, developer Insmoniac berhasil memoles formula lama tersebut menjadi terasa segar. Developer yang terkenal lewat seri game Ratchet & Clank serta Resistance tersebut melakukannya dengan memberikan ruang kreativitas yang lebih lega kepada gamer.

Saat menjelajahi kota Manhattan, Spider-man tak hanya bisa berayun-ayun di antara gedung-gedung tinggi. Sebaliknya, gamer juga bisa membuat Spider-Man berlari di dinding gedung-gedung tersebut. Selain itu, gamer bisa memanfaatkan jaring Spider-Man bak ketapel untuk melempar si manusia laba-laba dari satu titik ke titik yang lain.Game Spider Man di PS4 (Foto PS4)

Gameplay ketika melawan musuh tak kalah kreatif. Spider-man bisa melakukan lebih dari sekadar menendang, memukul, dan menjerat musuh-musuhnya. Spider-Man di game ini  bisa menyetrum dengan jaring listrik, menggunakan drone laba-laba untuk melumpuhkan, hingga memasang jaring jebakan untuk menjerat banyak musuh sekaligus. Kreativitas yang ditawarkan nyaris tanpa batas.

Kreativitas itu semakin terasa ciamik dengan kontrol yang intuitif. Untuk mengkombinasikan gerakan Spider-Man antara yang satu dengan yang lain, gamer tidak perlu menekan kombinasi tombol yang kompleks. Cukup dengan satu atau dua tombol saja, gamer sudah bisa menggabungkan berbagai gerakan Spider-Man menjadi satu rangkaian yang mulus.

Perlu digarisbawahi, kemampuan mengkombinasikan berbagai gerakan Spider-Man adalah hal wajib di game ini. Sebab, musuh-musuh yang dihadapi tidaklah kacangan. Mereka bukanlah tipe yang langsung mendekati Spider-Man untuk menyerangnya secara serampangan. Sebaliknya, musuh-musuh di sini pintar memanfaatkan medan perang di mana mereka berada.

Apabila Spider-Man bertarung di dalam gudang logistik yang memiliki berbagai rak dan lantai bertingkat, maka musuh yang dihadapi akan terbagai menjadi dua kelompok yaitu penyerang jarak dekat dan jauh. Musuh dari jarak dekat akan fokus menggebuk Spider-Man sekuat tenaga. Sementara itu, musuh jarak jauh akan sibuk membombardir Spider-Man dengan timah panas. Apabila gamer tidak kreatif, mati cepat tidaklah terhindarkan.

Hal yang sama berlaku ketika menghadapi musuh musuh utama alias boss. Berbagai trik di kantung harus dipakai untuk bisa mengalahkan mereka. Salah satu contohnya ketika melawan boss bernama Shocker yang mampu menciptakan perisai energi. Ketika melawannya, gamer harus menghancurkan perisai itu dengan menjaring dan melempar reruntuhan gedung di sekitarnya.

Misi-misi Unik

Tak hanya gameplay yang kreatif, Spider-Man juga menawarkan berbagai misi yang unik. Misi-misi di game ini tak hanya sebatas menyerbu markas musuh dan menghabisi semua yang berada di dalamnya. Ada berbagai misi di mana gamer harus memecahkan puzzle, melakukan kerja detektif, atau menggunakan kemampuan Spider-Man untuk menjaga kebersihan lingkungan hidup.

Ya, menjaga lingkungan termasuk tugas Spider-Man di game ini. Ada belasan misi sampingan di mana Spider-Man harus menyelamatkan kota Manhattan dari berbagai pencemaran. Misalnya, berayun-ayun di atas danau Central Park sambal menyemprotkan gas anti bakteri atau menjaring limbah industri di laut.Game Spider Man di PS4 (foto PS4)

Sejauh Tempo memainkan game ini, tidak banyak misi yang sifatnya repetitif. Hanya satu yang teringat di kepala yaitu rangkaian misi Black Cat di mana gamer harus memfoto boneka-boneka kucing di seluruh penjuru Manhattan. Ketika misi itu selesai, yang didapat bukanlan konklusi melainkan teaser ke kisah sampingan yang nantinya bisa diunduh oleh gamer.

Terlepas dari segala kekurangannya, game yang merupakan adaptasi ke-35 ini adalah sebuah paket komplit yang tidak kekurangan maupun kelebihan. Semuanya seimbang dan mampu membuat gamer merasakan menjadi Spider-Man.

Simak artikel menarik lainnya seputar review Spider-Man dan game PS4 lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus