Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SETELAH 18 bulan menikmati ringgit di Malaysia, Rabiah, 20 tahun, kini menganggur. Pil pahit harus ditelannya karena kontrak kerjanya diputus di tengah jalan oleh perusahaan tempat ia bekerja, Shin-Etsu Sdn. Bhd., di Malaysia. Sejak Januari lalu, ia sudah merasakan dampak krisis global itu: tidak ada lagi jam lembur dan waktu kerjanya susut dari empat menjadi dua minggu per bulan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo