Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

42 Desa di NTT Akan Teraliri Listrik dari PLTS Tahun Ini

42 desa di provinsi NTT menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS)

1 Maret 2020 | 14.12 WIB

Sel surya di PLTS Gili Indah. Dok. PLN
Perbesar
Sel surya di PLTS Gili Indah. Dok. PLN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) Provinsi Nusa Tenggara Timur menargetkan 42 desa di provinsi berbasiskan kepulauan itu terlistriki menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada 2020 ini.   

“Pengembangan PLTS ini untuk desa-desa yang ada di luar jaringan listrik PLN yang existing, sehingga kami memanfaatkan potensi tenaga surya sebagai sumber tenaga pembangkit listrik di 42 desa tersebut,” kata General Manager PT PLN UIW NTT, Ignatius Rendroyoko dalam keterangan tertulis yang diterima di Kupang, Minggu 1 Maret 2020.

Dia mengatakan untuk itu pihaknya akan membangun enam unit PLTS yang menyebar di sejumlah kabupaten di antaranya, Sikka, Ende dan Manggarai Timur di Pulau Flores, Kabupaten Alor di Pulau Alor, serta Sumba Timur dan Sumba Barat di Pulau Sumba.


Selain itu, lanjut Ignatius, akan dibangun PLTS dengan pinjaman dana dari luar negeri untuk 19 desa yang menyebar di Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ende Sikka, Alor, Sumba Timur dan Timor Tengah Selatan.


“Upaya ini untuk meningkatkan rasio desa berlistrik di NTT terutama di wilayah pelosok atau kepulauan yang kami targetkan mencapai 100 persen pada 2020 ini,” katanya.


Sebelumnya, Ignatius menjelaskan hingga akhir 2019, PLN NTT telah memiliki sejumlah PLTS dengan kapasitas mencapai sekitar 14 mega watt. Pihaknya menargetkan hingga 2028 meningkat hingga 26,4 persen.

Sejumlah PLTS yang telah dibangun dan beroperasi pada 2019 di antaranya di Desa Pasir Putih, Desa Seraya Marannu dan Desa Batu Tiga di Kabupaten Manggarai Barat, Desa Nuca Molas di Kabupaten Manggarai, Desa Usulanu di Kabupaten Rote Ndao, serta Desa Koja Doi di Kabupaten Sikka.


Ignatius memastikan akan terus berupaya meningkatkan rasio elektrifikasi (RE) dengan melistriki daerah-daerah yang sulit dijangkau jaringan PLN yang existing menggunakan pembangkit energi baru terbarukan (EBT).

Peningkatan RE, kata dia, merupakan tugas penting yang harus diwujudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi maupun perkembangan sektor lainnya di berbagai wilayah pelosok.

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus