Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan aksi 22 Mei yang digelar di depan kantor Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) berdampak pada aktivitas bisnis dan perdagangan di ibu kota. Dia mengatakan kerugian akibat aksi protes selama dua hari itu diperkirakan mencapai Rp 1-1,5 triliun.
Baca juga: Aksi 22 Mei Berujung Ricuh, Kemenko Ekonomi: Beda dengan 1998
"Dengan jumlah kios sekitar 80 ribu kami perkirakan kerugian bisa mencapai Rp 1-1,5 triliun. Ini belum termasuk kerugian di sektor bisnis lain seperti pemilik kafe, restoran, transaksi perbankan dan pelaku usaha yang meliburkan karyawannya," kata Sarman dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo, Kamis 23 Mei 2019.
Menurut Sarman, jumlah kerugian itu dihitung dari beberapa titik-titik ekonomi ibu kota seperti pertokoan di sekitar Thamrin, Tanah Abang, dan sejumlah pusat perdagangan lain seperti Glodok dan mall di sekitar Jakarta. Misalnya, di Pasar Tanah Abang dan di Thamrin City, telah tutup sejak pagi hari 22 Mei 2019.
Padahal saat Ramadan rata-rata pengunjung bisa mencapai 250 ribu orang dari rata-rata 150 ribu orang dengan omzet sebesar 10-15 juta per hari. Dengan jumlah total kios mencapai 11 ribu, maka kerugian diperkirakan bisa mencapai Rp 165 miliar dalam sehari.
Sedangkan di sejumlah pusat perdagangan seperti Glodok, Harco, Mangga Dua pada pagi hari sempat buka namun menjelang pukul 14.00 praktis semua toko tutup. Di lokasi lain wilayah Jakarta Timur, mulai dari Jatinegara Plaza hingga hingga di Jakarta Barat seperti Central Park dan Taman Anggrek juga terjadi hal serupa.
Di wilayah Jakarta Utara, pusat perbelanjaan seperti Kelapa Gading Mall, Artha Gading Mall hingga Mall Sport Kelapa Gading juga senada. Di wilayah Jakarta Selatan, Plaza Senayan, Senayan City dan Pondok Indah Mall walaupun buka tapi pengunjung turun 70 persen akibat masyarakat enggan keluar rumah karena khawatir dengan kondisi yang ada.
"Melihat kenyataan di atas,maka omzet pedagang dan perputaran uang yang disetor perdagangan di Jakarta mengalami kerugian yang tidak sedikit," kata Sarman.
Karena itu, Sarman berharap supaya dinamika politik tersebut bisa segera selesai. Sehingga nantinya tidak mengganggu aktivitas bisnis dan perekonomian di Ibu Kota Jakarta. Apalagi, di DKI Jakarta, pertumbuhan ekonominya masih ditopang oleh belanja rumah tangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Artinya, momen Ramadan dan Idul Fitri, sangat diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Khususnya pada kuartal kedua 2019. Harapannya, bisa ikut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke level 5,3 persen hingga akhir 2019.
Baca berita Aksi 22 Mei lainnya di Tempo.co
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini