Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Mayoritas rumah tangga membuang minyak goreng bekas pakai.
Jelantah berpotensi dikonversi menjadi bahan baku biodiesel.
Proses bisnis pembuatan jelantah menjadi biodiesel masih menjadi tantangan.
JAKARTA — Minyak goreng bekas pakai alias jelantah selama ini kerap berakhir menjadi limbah. Padahal, di beberapa negara seperti Belanda dan Singapura, minyak bekas itu dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar atau biodiesel.
"Ekspor jelantah Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun dan mencapai US$ 156,98 juta pada 2020," ujar Kepala Tim Kajian Ekonomi Lingkungan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Alin Halimatussadiah, dalam pemaparan hasil studi dan survei kesiapan pemanfaatan used cooking oil (UCO) sebagai bahan baku biodiesel, kemarin.
Menurut dia, tren penggunaan jelantah sebagai bahan baku biodiesel terus naik lantaran dunia tengah memasuki era transisi energi. Namun model bisnis yang tepat masih menjadi tantangan. "UCO menjadi menarik karena di Uni Eropa, walaupun penggunaan minyak sawit dibatasi, tidak untuk UCO," kata dia.
Berdasarkan survei LPEM FEB UI diketahui sebanyak 55,8 persen minyak sisa memasak rumah tangga akan dibuang. "Sebesar 33,5 persen dari jumlah tersebut dibuang ke saluran air ataupun selokan," ujar peneliti LPEM FEB UI, Faizal Moeis, kemarin.
Ia mengimbuhkan sebanyak 55,88 persen responden belum tahu bahwa jelantah bisa diolah lebih lanjut, khususnya menjadi bahan bakar. Survei itu digelar secara daring pada Oktober-November 2021. Jumlah responden mencakup 2.500 rumah tangga dari 16 provinsi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo