Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil mengajak pelaku industri kulit di Kabupaten Garut "naik kelas" untuk menggaet pasar yang lebih luas. Hal itu dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi sebagai alat pemasaran.
"Pasar generasi Z atau milenial dan luar negeri adalah prospek pasar yang menjanjikan bagi pelaku industri perkulitan di Garut. Dan untuk menggaet pasar yang lebih luas ini maka harus mulai menggunakan teknologi informasi sebagai alat pemasaran," kata Ridwan Kamil dalam keterangan resminya, Jumat, 7 Januari 2022.
Ajakan agar pengusaha industri kulit "naik kelas" disampaikan oleh Ridwan saat berkunjung ke Satuan Pelayanan Pengembangan Industri Perkulitan yang dikelola Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat di Sukaregang Kabupaten Garut.
Dalam kunjungan yang disertai dialog dengan para pelaku usaha kulir tersebut, Ridwan mengungkapkan dengan bantuan digitalisasi teknis pemasaran diyakini bisa menggerakkan roda perekonomian yang sempat lesu akibat pandemi Covid-19.
Ridwan mengatakan industri kerajinan kulit di Kabupaten Garut memiliki potensi bisnis yang besar. Mamun selama ini industri itu justru tak banyak berkembang.
Dia mencatat setidaknya ada lima masalah utama yang menyebabkan pengembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Garut stagnan.
Masalah yang pertama ialah bahan baku untuk membuat kerajinan kulit masih belum layak untuk diekspor. "Bahannya ternyata tidak exportable. Karena saat diuji di laboratorium, kadar ini itu-nya tidak memadai," katanya.
Masalah yang kedua, desain produk kerajinan kulit di Sukaregang tak banyak inovasi. Hal ini bisa dilihat dari desain untuk produk yang sama di beberapa toko kerajinan kulit hampir semuanya mirip.
Menurut Ridwan, salah satu persoalan dalam penjualan adalah produk yang tidak sesuai dengan selera pasar saat ini.
"Saya tawarkan kalau ada pengusaha kulit yang mau berkolaborasi memproduksi desain Ridwan Kamil, saya tunggu," katanya.
Dia menegaskan tidak akan memungut biaya sepeser pun bagi pelaku usaha kulit yang ingin produknya ia desain.
"Kalau mau silakan, saya minta daftarnya berapa toko yang mau memproduksi barang yang saya buat desainnya mulai dari dompet, tas wanita, sepatu, jaket yang semuanya berbahan dasar kulit Garut," ujarnya.
Tak hanya itu, Ridwan yang jumlah pengikutnya di media sosial sampai saat ini sekitar 15 juta orang juga siap mempromosikan produk kulit yang ia desain.
"Saya juga siap untuk memasarkan produknya, tapi tentunya produk itu harus sesuai dengan selera pasar. Nanti saya posting, pengikut saya sudah ada 15 juta orang," kata dia.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan membentuk lembaga yang bertugas mengembangkan tren desain produk kerajinan kulit. "Kalau perajin kompak, setiap tahun akan ada tren berbeda. Tidak berulang terus. Jadi membuat sebuah 'trendsetter,'" kata Ridwan.
Masalah yang ketiga ialah terdapat masalah limbah dalam pasca produksi kerajinan kulit di Kabupaten Garut yang menjadi faktor penyebab pencemaran lingkungan.
Masalah yang keempat adalah para pelaku usaha kerajinan kulit di Kawasan Sukaregang masih kurang memahami bagaimana memasarkan produk secara digital. Mayoritas pelaku usaha masih menjual produknya secara konvensional.
Ridwan Kamil meminta pengusaha memanfaatkan bahan dari limbah tumbuhan untuk membuat sebagian produknya. Bahan yang dimaksud adalah dari limbah kopi dan jamur untuk dijadikan kulit, yang saat ini sedang diminati merk fesyen dunia.
ANTARA
Baca juga: Sri Mulyani Sebut Pembiayaan Ibu Kota Baru Dirancang Cermat dan Hati-hati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini