Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Surabaya -Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan sektor industri kimia merupakan salah satu penyumbang utama kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni sekitar 1,73 persen atau sebesar Rp 236 triliun. Menurut Airlangga, salah satu sektor industri kimia yaitu industri gas merupakan komoditi penting yang digunakan oleh multi-sektor industri lainnya.
“Tidak dipungkiri lagi bahwa kelancaran produksi industri-industri penggerak utama perekonomian dipengaruhi pasokan gas industri yang berkelanjutan,” kata Airlangga dalam teks pidatonya di Kongres dan Seminar Teknik Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) di Hotel Novotel Samator, Surabaya, Kamis petang, 6 Juli 2018.
Baca juga: Jokowi: Baru Tiga Industri Nikmati Harga Gas Murah
Pasokan gas industri dari produsen, ujar dia, hendaknya dilihat sebagai peluang dan tantangan untuk membantu industri lainnya supaya lebih berdaya saing dengan pasokan yang stabil dan harga yang kompetitif. “Terutama pada industri manufaktur yang dalam dua tahun belakangan ini sangat menjanjikan, terutama dalam aspek nilai,” kata Airlangga.
Ketua Umum AGII Arief Harsono berujar produsen gas industri masih mengalami empat kendala di lapangan selain tingginya nilai investasi (padat modal) yang harus ditanamkan investor di sektor tersebut.
Kendala-kendala itu adalah peraturan otonomi yang tumpang tindih dan kurang terkoordinasi antara instansi terkait, banyaknya item perizinan yang harus diurus pabrik dan filling station baru, sulit dan mahalnya biaya pengurusan perpanjangan Sertifikat Hak Guna Bangunan, serta terdepreasinya mata uang rupiah terhadap dolart Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir ini.
“Kendala-kendala ini menyebabkan mahalnya biaya modal, khususnya yang masih harus diimpor dari luar negeri,” tutur Arief.
Di bagian lain Arief mengatakan peranan gas industri sebagai penunjang kegiatan industri hulu sampai hilir telah berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kapasitas terpasang yang sangat drastis, baik yang non-integrated maupun integrated, lebih dari 2,40 miliar NM3 per tahun dengan asumsi operasi produksi 8.000 jam per tahun.
“Namun penambahan kapasitas terpasang gas industri lebih dari 115 persen dalam kurun waktu delapan tahun terakhir ini belum diimbangi dengan kenaikan konsumsi gas oleh industri yang lain, terutama disebabkan oleh lesunya industri baja dalam negeri dan surutnya harga minyak mentah dunia sampai pada titik terendah,” katanya kepada Airlangga Hartarto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini