Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Strategi Kurangi Emisi demi Hindari Penalti

Indonesia Power berharap menurunkan emisi karbon dari PLTU batu bara. Demi menghindari penalti.

24 Februari 2023 | 00.00 WIB

Instalasi batu bara di unit pembangkit listrik tenaga uap di kompleks PLTU Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Dok Tempo/Marifka Wahyu Hidayat
material-symbols:fullscreenPerbesar
Instalasi batu bara di unit pembangkit listrik tenaga uap di kompleks PLTU Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Dok Tempo/Marifka Wahyu Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • PT PLN Indonesia Power berharap menurunkan emisi gas rumah kaca dari PLTU batu bara mereka.

  • Indonesia Power menyiapkan strategi penurunan emisi seperti pencampuran batu bara dengan biomassa.

  • Pelaku usaha tunggu realisasi perdagangan karbon.

JAKARTA — PT PLN Indonesia Power berharap bisa menurunkan emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara mereka. Tahun ini, perusahaan wajib membayar penalti jika mengeluarkan CO2 berlebih.

Sebanyak 27 unit PLTU Indonesia Power terdaftar dalam program pengurangan emisi sektor kelistrikan. Program tersebut mewajibkan total 99 unit PLTU milik 42 perusahaan mengurangi emisi lewat perdagangan karbon selama 2023-2024.

Pemerintah memulai program ini dengan menentukan batas atas emisi yang boleh dihasilkan setiap pembangkit. Jika emisi pembangkit melebihi batas tersebut, perusahaan yang mengalami defisit emisi harus mengkompensasinya dengan membeli karbon. Pemerintah mengizinkan perdagangan karbon di antara 99 unit PLTU tersebut. Pembangkit yang berhasil menurunkan emisi di bawah ambang batas akan berperan sebagai penjual karbon. Sebab, mereka memiliki surplus emisi.

HSE Head of Division Indonesia Power, Wardiana Yasa, menyatakan perusahaan baru mengantongi persetujuan teknis batas atas emisi pelaku usaha (PTBAE-PU) alias batas atas emisi untuk unit Suralaya. Mereka sedang menanti penetapan batasan emisi untuk pembangkit lainnya. Pada akhir tahun nanti, perusahaan baru bisa mengetahui status pembangkit: surplus ataukah defisit. 

"Dari prognosis kami, ada pembangkit yang surplus dan defisit," kata Wadiana kepada Tempo, kemarin, 23 Februari 2023. Dia berharap akan lebih banyak jumlah pembangkit yang surplus. Dengan begitu, perusahaan bisa mengkompensasi kelebihan emisi dari surplus di pembangkit lainnya. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus