Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bank Indonesia Optimalkan Big Data dalam Rumuskan Kebijakan

30 persen bank sentral di dunia, termasuk Bank Indonesia, memanfaatkan Big Data.

26 Juli 2018 | 13.13 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, 30 Mei 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate 25 basis poin menjadi 4,75 persen untuk mengantisipasi risiko eksternal terutama kenaikan suku bunga acuan kedua The Fed pada 13 Juni mendatang. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, 30 Mei 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate 25 basis poin menjadi 4,75 persen untuk mengantisipasi risiko eksternal terutama kenaikan suku bunga acuan kedua The Fed pada 13 Juni mendatang. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mengoptimalkan pemanfaatan Big Data dalam melakukan perumusan kebijakan yang diharapkan mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dengan memanfaatkan Big Data kami bisa lebih cepat, akurat, dan tepat untuk prediktif atau daya prediksi," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto seusai membuka seminar internasional terkait Big Data di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis, 26 Juli 2018.

Menurut dia, sekitar 30 persen bank sentral di dunia memanfaatkan Big Data, termasuk Bank Indonesia, karena memudahkan bank sentral dalam melakukan perumusan kebijakan. Perumusan kebijakan itu di antaranya analisis moneter, makroprudensial, dan stabilitas sistem keuangan, serta menciptakan kebutuhan informasi dan riset baru.

Erwin menyebutkan beberapa manfaat lain yang diperoleh bank sentral dalam pemanfaatan Big Data di antaranya adanya indikator baru yang lebih cepat dan lebih sering dan pemetaan keterkaitan antarpelaku keuangan melalui analisis jaringan untuk memitigasi risiko sistemik sistem kenangan.

Selain itu, adanya indikator terkait perilaku ekonomi melalui analisis dan pembelajaran data transaksional dan data tidak terstruktur seperti pemberitaan dan media sosial. "Kami juga bisa memantau ekspektasi dan persepsi publik atas kebijakan BI (Bank Indonesia) secara lebih akurat," katanya.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus