Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan  

Keputusan tersebut diambil untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, meskipun prospek ekonomi

global tengah membaik.

21 April 2017 | 12.45 WIB

Gedung Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi
Perbesar
Gedung Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 4,75 persen dengan suku bunga deposit facility tetap 4,00 persen dan lending facility tetap 5,50 persen. Keputusan tersebut diambil untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, meskipun prospek ekonomi global tengah membaik.

"Prospek ekonomi sedang membaik, tapi Bank Indonesia tetap akan fokus mendorong berlanjutnya proses pemulihan perekonomian domestik," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara di gedung Bank Indonesia, Kamis, 20 April 2017. "Koordinasi dengan pemerintah akan dilanjutkan untuk mengendalikan inflasi dan mendorong kelanjutan reformasi struktural."

Baca: Maret, Ekspor Jepang Tumbuh 12 Persen

Keputusan yang dihasilkan dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada 18-20 April 2017 tersebut menyatakan perbaikan ekonomi Amerika, Eropa, dan Cina telah mendorong perbaikan ekonomi global. "Ekonomi Amerika Serikat semakin meningkat akibat didukung konsumsi, kondisi ketenagakerjaan yang positif, dan investasi yang kembali bergairah," kata Tirta. Adapun kenaikan harga minyak telah memperbaiki investasi, terutama di sektor energi.

Perekonomian Eropa juga berpeluang meningkat sebagai hasil perbaikan ekspor dan konsumsi. "Lalu Cina perekonomiannya diprediksi akan tetap kuat karena didukung konsumsi dan investasi, terutama infrastruktur," ujar Tirta.

Simak: Progam Anies Soal DP Rumah Nol Persen Dinilai Sulit Terealisasi

Bank sentral, kata Tirta, mencatat sejumlah risiko yang harus diwaspadai. "Dari sisi domestik, seperti dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi," katanya. Risiko lain adalah masih berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan yang menyebabkan dampak stimulus perekonomian belum optimal.

Adapun dari sisi global, Tirta menambahkan, wacana penurunan besaran neraca bank sentral Amerika Serikat harus tetap diwaspadai. "Harus dicermati dampaknya terhadap pasar keuangan global terkait dengan wacana tersebut." 

FAJAR PEBRIANTO 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawan Priyanto

Wawan Priyanto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus