Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Sebatik - Bank Indonesia menyiapkan uang baru tahun emisi 2022 sebanyak Rp 400 juta untuk diedarkan di wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, tepatnya daerah Kalimantan Utara. Uang baru yang diedarkan itu diluncurkan BI pada 18 Agustus 2022—sehari setelah perayaan Hari Ulang Tahun atau HUT Kemerdekaan RI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Hari ini untuk masyarakat Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, disiapkan oleh teman-teman (BI) Rp 400 juta,” ujar Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Marlison Hakim di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, pada Kamis, 1 September 2022. Uang tersebut terdiri atas pecahan kertas rupiah Rp 100.000; Rp 50.000; Rp 20.000; Rp 10.000; Rp 5.000; Rp 2000; dan Rp 1000.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Uang baru tetap mempertahankan gambar utama pahlawan nasional pada bagian depan, serta tema kebudayaan Indonesia (gambar tarian, pemandangan alam, dan flora) pada bagian belakang sebagaimana uang tahun emisi 2016. Terdapat tiga aspek inovasi penguatan uang baru yaitu desain warna yang lebih tajam, unsur pengaman yang lebih andal, dan ketahanan bahan uang yang lebih baik.
“Kami berkeliling di Pulau Sebatik (mengedarkan uang baru), ke pasar-pasar sampai ke pos lintas batas nasional,” tutur Marlison.
Marlison Hakim menjelaskan pengedaran itu pertama kali dilakukan di Pulau Terdepan dan Pulau Terluar untuk uang baru. “Hari ini kami melakukan pengedaran perdana uang rupiah tahun emisi 2022 di wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Melalui kegiatan in, kami ingin menunjukkan bahwa rupiah harus menjadi tuan rumah, berdaulat, dan kebanggaan di negerinya sendiri,” kata dia.
Pengedaran uang rupiah baru tahun emisi 2022 itu dilakukan tepat di depan rumah ikonik yang berada tepat di atas batas patok antara Indonesia dan Malaysia—kerap dijuluki sebagai rumah dua negara. Rumah yang dipasang papan bertuliskan “Rumah Perbatasan Patok 3 Indonesia-Malaysia” itu memiliki bagian depan dan ruang tamu yang berada di Indonesia, serta ruang utama dan bagian belakang berada di Malaysia.
“Kami akan memastikan persediaan uang baru ini di seluruh wilayah NKRI. Ini kan baru pertama kali, dua bulan ke depan ini sifatnya pengenalan,” ucap dia. “Jadi masyarakat kita berikan pengenalan tentang uang baru. Nah perlahan nanti secara periodik akan di tarik uang-uang yang lama, digantikan dengan uang baru dan tentu jumlahnya kita sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.”
Untuk tahap pertama ini, di Pulau Sebatik diperbolehkan menukarkan uang lama dengan plafon sebanyak Rp 2 juta. Angka tersebut naik, setelah sebelumnya di beberapa daerah lain hanya diperbolehkan menukar Rp 1 juta. “Masyarakat di sini bisa menukarkan uang Rp 2 juta. Dan mereka beruntung karena merupakan masyarakat yang perdana menerima penukaran uang di daerah perbatasan,” katanya.
Marlison menilai penting pengedaran uang baru di Pulau Sebatik, karena rupiah bukan sekadar alat transaksi, tapi simbol negara. Wilayah perbatasan, kata Marlison, merupakan lokasi yang sangat strategis, karena berhadapan langsung dengan negara lain yaitu Malaysia.
“Yang kita jaga adalah rupiah berdaulat di negeri ini dan kita tidak ada ruang untuk adanya uang selain rupiah di negeri ini. Dan di sinilah kenapa kami fokus di dalam konteks kita menyediakan rupiah di perbatasan,” tutur dia.
Tujuannya, Marlison melanjutkan, agar masyarakat dalam melakukan transaksi apapun di wilayah NKRI termasuk perbatasan, tetap menggunakan rupiah. Dan momentum uang baru ini, dia berujar, bisa memperlihatkan kepada masyarakat bahwa rupiah semakin berkualitas sehingga bisa memiliki kebanggaan terhadap rupiah.
“Bangga terhadap rupiahnya dia, ketika sudah bangga terhadap rupiah, tentu dia juga bangga terhadap negaranya dibandingkan dengan negara lain,” kata Marlison. “Oleh karena itu peredaran uang rupiah harus kita pastikan ada di seluruh wilayah NKRI termasuk diperbatasan.”
KHORY ALFARIZI (SEBATIK)
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini