Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economi and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan untuk melanjutkan proyek Kereta Cepat Whoosh sampai ke Surabaya setidaknya membutuhkan ongkos 4,8 kali dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Bhima membuat perhitungan dengan mengasumsikan nilai biaya per kilometer proyek KCJB Rp 790,5 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sehingga, dengan panjang 142,3 kilometer Jakarta-Bandung maka biayanya Rp 112,5 triliun dengan kurs Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat. “Dengan asumsi yang sama, maka Bandung-Surabaya—misalnya dari Stasiun Tegalluar-Stasiun Gubeng—dengan panjang 690 kilometer maka estimasi biayanya Rp 545 triliun,” ujar Bhima saat dihubungi pada Rabu, 1 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Angka tersebut lebih tinggi daripada pembangunan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara. Pemerintah memperkirakan pembangunan ibu kota baru itu dapat menelan biaya Rp 446 triliun. Sehingga karena besarnya nilai proyek tersebut, maka pemerintah diperkirakan bakal menggunakan skema yang sama dengan KCJB, yakni berutang ke Cina.
Namun masalahnya, kata Bhima, bunga pinjaman dari Negeri Tirai Bambu itu tidak bisa disebut murah. Untuk menutupi pembengkakan biaya atau cost overrun KCJB saja, Cina memberi bunga pinjaman sebesar 3,7-3,8 persen—nilai yang melampaui bunga utang yang pernah ditawarkan oleh Jepang sekitar 0,1 persen.
“Artinya proyek kereta cepat secara keuangan sangat mahal,” ucap Bhima. “Kondisi ini bisa menciptakan jebakan utang atau debt trap.”
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko memastikan untuk kelanjutan proyek itu sudah mulai melakukan kesepatan dengan pihak Cina untuk memulai kajian bersama terlebih dahulu. “Tapi butuh waktu,lah. Kita sedang melakukan joint study dengan pihak Cina, untuk kita lihat feasibility maupun cost project secara keseluruhan,” ujarnya Kantor InJourney, Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Rabu, 1 November 2023.
Dia juga menjelaskan dipilihnya kembali Cina sebagai mitra untuk kelanjutan proyek tersebut. Menurut Tiko, karena Negeri Tirai Bambu itu sudah membangun memiliki pengalaman dalam membangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung. “Tentunya secara komersial pihak Cina juga harus melihat apakah feasible atau tidak. Dan berapa project cost-nya, kan,” tutur dia.
Tiko menyebutkan bahwa kerja sama tersebut belum membicarakan mengenai perusahaan apa saja yang bakal terlibat. “Kita (baru) bicara dengan NDRC (National Defense Research Committee dari Cina). Dengan pemerintah Cina-nya,” kata dia. NDRC merupakan Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional asal Cina.
Soal skema pembiayaannya, Tiko menjelaskan, masih belum mengetahuinya dan baru akan dibahas. “Lagi proses, kan nanti setelah studinya keluar,” ucap Tiko. Mengenai kapan proyek akan dieksekusi juga Tiko belum bisa menjelaskan detail. “Saya belum bisa jawab, karena baru mulai studinya.”
MOH KHORY ALFARIZI | CAESAR AKBAR