Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI, Sunarso, membeberkan kondisi perekonomian terakhir di Jepang dan United Kingdom (UK) dan dampaknya terhadap Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Saya akan bagikan penilaian kami ada data 2 kuartal berturut-turut negara ini mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi, maka technically mereka resesi," kata Sunarso dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta Pusat pada Rabu, 20 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Adapun penyebab dua negara tersebut mengalami resesi, menurut Sunarso, utamanya karena menurunnya konsumsi rumah tangga. Hal itu sudah diprediksi Organization of Economic Co-operation and Development (OECD) bahwa pertumbuhan ekonomi secara global melambat, namun tidak separah perkiraan sebelumnya.
"Daya beli dan aktivitas manufaktur semakin membaik demikian juga volume perdagangan dan produksi industri secara global itu juga cenderung membaik," tutur Sunarso.
Lebih jauh, Sunarso memprediksi tren suku bunga tinggi akan berakhir di semester satu atau sekitar Juni 2024. "Ini yang perlu kami respons, kemudian juga kalau suku bunga sudah menurun akan mengurangi value di market," ujarnya.
Adapun untuk kondisi sektor riil yang berkorelasi dengan resesi Jepang dan UK, menurut Sunarso, tetap harus diwaspadai lantaran elastisitas pertumbuhan ekonomi Indonesia terhadap Jepang masih tinggi. "Artinya jika terjadi gejolak di Jepang, pengaruhnya ke kita masih tinggi," ujarnya.
Menurut Sunarso, pengaruh tingkat elastisitas pertumbuhan ekonomi negara lain yang paling tinggi dengan Indonesia adalah Cina. "Dulu Amerika, sekarang China, itu analisa kami" tuturnya.