Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bos Bulog Beberkan Sejumlah Penyebab Stok Kedelai Sering Langka

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan penyebab stok kedelai kerap langka di Indonesia. Apa saja pemicunya?

11 Januari 2024 | 16.00 WIB

Pengerajin tengah mengolah kedelai untuk di jadikan tempe di kawasan Sunter, Jakarta, Selasa 18 Juli 2023. Melansir data Panel Harga Pangan Nasional Badan Pangan Nasional, harga biji kedelai impor masih terpantau tinggi, harga kedelai hari ini naik 0,93 persen di angka Rp13.080 per kilogram. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Pengerajin tengah mengolah kedelai untuk di jadikan tempe di kawasan Sunter, Jakarta, Selasa 18 Juli 2023. Melansir data Panel Harga Pangan Nasional Badan Pangan Nasional, harga biji kedelai impor masih terpantau tinggi, harga kedelai hari ini naik 0,93 persen di angka Rp13.080 per kilogram. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan penyebab stok kedelai kerap langka di Indonesia. Ia menjelaskan Indonesia masih bergantung impor untuk memenuhi kebutuhan pasokan kedelai. Masalahnya, kata dia, ada banyak kendala transportasi dalam mengimpor komoditas ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"(Impor kedelai) ini memang tidak mudah, ada masalah transportasi. Saya dapat kabar bahwa terutama karena Terusan Suez mendangkal dan adanya konflik di Timur Tengah," kata Bayu di kantor Perum Bulog, Jakarta Selatan pada Kamis, 11 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Bayu, kondisi itu membuat membuat ketersediaan kapal dan kontener terganggu lantaran kapal perlu berputar arah sampai Tanjung Harapan. Walhasil, ada tambahan waktu pengiriman kedelai impor hingga tiga pekan.

Karena itu, dia menilai kondisi transportasi menjadi masalah serius dalam pengadaan kedelai di Tanah Air. Kendati demikian, ia mengatakan saat ini sudah mulai masuk kedelai impor di Jawa Timur dan Banten. Dia berharap persoalan ini akan segera membaik sehingga pasokan kedelai dapat mencukupi, khususnya menjelang Ramadan dan Lebaran 2024. 

Sebelumnya, Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) menyatakan harga kedelai semakin melambung sejak awal Oktober 2023. Ketua Gakoptindo Aip Syarifuddin pun meminta kepada pemerintah untuk mengatur pasokan kedelai agar harganya bisa segera melandai. 

Berdasarkan laman panel harga pangan dari Badan Pangan Nasional, harga kedelai impor tercatat naik 0,15 persen menjadi Rp 13.430 per kilogram. Tingginya harga kedelai berdampak besar pada pengrajin tahu dan tempe. Sejumlah produsen menaikkan harga jualnya, memperkecil ukuran tahu dan tempe, hingga mengurangi produksi. 

“Kalau mereka naikkin harga tinggi (tempe dan tahu), nanti para pedagang di pasar tradisional marah, karena mereka ini sudah sangat akrab seperti keluarga,” ucap Aip. 

Menurutnya, tingginya harga kedelai yang berkepanjangan menyebabkan para pengrajin tahu dan tempe tidak tahan. Walhasil, beberapa di antara mereka memilih berhenti dari pekerjaan ini.

RIANI SANUSI PUTRI | DEFARA DHANYA PARAMITHA 

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus