Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna mengatakan saat ini sebanyak 49 persen dari total jumlah pemilik kendaraan di ruas jalan tol telah memakai uang elektronik (e-money) untuk membayar tarif tol. “Hingga hari ini, jumlah pengguna uang elektronik sudah mencapai 49 persen,” ujarnya dalam jumpa wartawan di Gedung Kementrian Pembangunan Umum dan Pekerjaan Rakyat, Jakarta, Jumat, 29 September 2017.
Herry optimistis di akhir bulan Oktober 2017 seluruh pengguna jalan tol bisa menggunakan e-money sebagai alat transaksi pembayaran tarif tol. Saat ini BPJT terus melakukan koordinasi yang cukup intens dengan perbankan yang menjadi partner penyedia e-money jalan tol. Begitu juga dengan komitmen perbankan untuk menyediakan e-money di setiap gerbang tol.
Baca: Konsumen Dikenai Biaya Top Up e-Money, Ini Janji Perbankan
Namun demikian, Herry menyebutkan ada kemungkinan beberapa gerbang tol yang memperbolehkan transaksi dengan uang tunai. “Hanya akan beberapa dengan syarat dan ketentuan yang berlaku,” ujarnya.
Kemungkinan gerbang tol yang nantinya masih menerima tunia adalah gerbang tol yang memiliki banyak loket pembayaran. Sedangkan untuk gerbang tol dengan jumlah loket sedikit akan sepenuhnya menggunakan e-money. Penyataan Herry tersebut sekaligus menjawab permintaan Ombudsman yang ingin tetap disediakannya beberapa loket tunai di gerbang tol.
Sebelumnya per tanggal 8 September 2017 Jasa Marga sudah mengadakan sosialisasi mengenai kebijakan elektronifikasi jalan tol ini. Kebijakan tersebut dirancang untuk mengurangi kemacetan yang disebabkan antrean di gerbang masuk dan keluar pintu tol. Dengan digunakannya e-money, diharapkan dapat mengurangi kemacetan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini