Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah seorang nasabah PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. atau BSI menceritakan kesulitan yang dihadapinya saat aplikasi mobile banking bank tersebut mengalami gangguan sejak Senin lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Anton Gerard, pegawai firma hukum di Jakarta yang telah menjadi nasabah BSI sejak 2021 menjelaskan ia tak bisa melakukan transaksi di akun pribadi maupun perusahaannya padahal sudah waktunya membayar pajak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Saya mau mengecek saldo yang biasanya rutin setiap pagi lewat BSI Net. Ini enggak bisa sama sekali sampai hari ini. Padahal sudah mepet waktu bayar pajak," tuturnya kepada Tempo, Rabu malam, 10 Mei 2023.
Karena bertugas mengatur administrasi keuangan di kantornya, Anton mengaku selalu menggunakan aplikasi BSI Net untuk melakukan transaksi. Sehingga pada hari pertama aplikasi itu mengalami gangguan, ia langsung menelepon call center BSI.
Kala itu, ia diberitahu oleh pihak cabang BSI di Jakarta Barat, bahwa sedang ada gangguan pada aplikasi akibat system maintenance. Akhirnya Anton menunggu, namun hingga sore hari aplikasi BSI Net tak kunjung bisa digunakan.
Akhirnya ia mendatangi langsung kantor cabang di bilangan Jakarta Barat untuk menanyakan jumlah saldo dan meminta penarikan saldo sebesar Rp 45 juta untuk membayar pajak. Ia mengaku mulai khawatir karena tengat waktu pembayaran pajak adalah setiap tanggal 10 tiap bulannya.
Saat itu, tuturnya, pihak BSI terlihat kebingungan dan mengatakan tak bisa memeriksa saldo di akun rekeningnya maupun perusahaannya. Pasalnya, sistem di kantor cabang yang ia datangi juga tak bisa mengaksesnya atau offline.
Selanjutnya: "Di internal mereka yang saya tangkap, ..."
"Di internal mereka yang saya tangkap, mereka sendiri ketika offline ini enggak bisa ngapa-ngpain, benar-benar close itu kantor," tutur Anton.
Pihak BSI, kata dia, akhirnya berkoordinasi melalui grup WhatsApp dan bertanya cabang mana Yang sudah bisa online. Akhirnya Anton diminta ke kantor cabang yang sedang online yaitu Dewi Sartika, Jakarta Timur dan Menteng, Jakarta Pusat.
Namun setelah mendatangi dua kantor cabang tersebut, ternyata kondisinya sama-sama offline. Kalau ada yang online, menurut dia, sangat tidak stabil yakni sekitar 1-2 jam. Sehingga terjadi penumpukkan nasabah di kantor cabang BSI.
Karena terdesak dan khawatir terkena penalti akibat terlambat melakukan transaksi perusahaan, Anton kemudian mendesak manajer kantor cabang BSI di Jakarta Barat untuk mencairkan cek sebesar Rp 45 juta untuk keperluan kantornya. Terlebih, ia tak punya rekening lain selain BSI. Begitu pun seluruh pegawai di perusahaannya.
"Akhirnya saya bilang, apa pun caranya saya hari ini buka cek Rp 45 juta. Terserah mau pakai uang dia atau kepala cabangnya, saya ada cek, ada bukti KTP, nanti legalitas belakangan terserah internal mereka gimana. Saya butuh uang itu," ujar Anton.
Jika permintaannya tidak dipenuhi, Anton mengancam akan menarik semua uang di saldonya dan meminta seluruh pegawai di kantornya melakukan hal yang sama. Dia juga berujar akan menghentikan seluruh kerja sama yang dijalan perusahaannya dengan BSI.
Setelah mendengar ancaman Anton, pihak BSI akhirnya meminta dia kembali datang esok harinya. Anton mengirim stafnya untuk mengurus penarikan uang dengan membawa cek dan KTP. Ia menuturkan pihak cabang BSI menyambut pegawainya itu dan mengurus seluruh prosesnya secara manual.
Selanjutnya: "Tidak sampai 2 menit, urusan selesai..."
"Tidak sampai 2 menit, urusan selesai. Padahal staf saya bilang biasanya kalau mau urus ambil uang, ngantrenya bisa dua jam karena sistem lemot," kata dia.
Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, sebelumnya menyampaikan permohonan maaf kepada nasabah yang terkendala dalam mengakses layanan BSI. “Atas nama BSI, kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan nasabah, karena adanya kendala dalam mengakses layanan BSI pada 8 Mei 2023," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu, 10 Mei 2023.
Ia menjelaskan bahwa BSI terus melakukan proses normalisasi dengan fokus utama untuk menjaga dana dan data nasabah tetap aman. HIngga kini, ia mengklaim, proses normalisasi layanan telah dijalankan dengan baik.
"Proses normalisasi layanan BSI telah kami lakukan, dengan prioritas utama untuk meyakinkan dana dan data nasabah tetap aman di Bank Syariah Indonesia,” kata Hery.
Ia pun berjanji bahwa BSI akan terus memberikan informasi terkini terkait proses perbaikan layanan kepada nasabah. "Sehingga nasabah dapat bertransaksi dengan normal,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Hery juga memastikan bahwa BSI juga tengah menelusuri dugaan adanya serangan siber yang menimbulkan kendala di sejumlah layanan perbankannya.
Pilihan Editor: M-Banking dan ATM BSI Masih Error, Dirut Mohon Maaf dan Yakinkan Dana serta Data Nasabah Aman
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini