Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah analis memperkirakan dampak kebijakan tapering yang akan dilakukan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) terhadap pasar modal Indonesia pada 2021 tidak akan sebesar dampak langkah serupa 8 tahun silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebelumnya diberitakan The Fed berencana memulai tapering akhir bulan November ini. Bank sentral AS bakal secara rutin mengurangi pembelian aset US$ 15 miliar hingga Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sementara itu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengklarifikasi bahwa dapat mengubah kecepatan tapering sesuai kebutuhan. “Komite menilai bahwa pengurangan serupa dalam laju pembelian aset bersih kemungkinan akan sesuai setiap bulan, tetapi siap untuk menyesuaikan laju pembelian jika dijamin oleh perubahan prospek ekonomi,” seperti dikutip dari pernyataan FOMC.
Gubernur The Fed Jerome Powell berusaha menekankan bahwa tapering tidak akan diikuti oleh kenaikan suku bunga segera. Para pejabat, kata dia, dapat bersabar dalam pengetatan, tetapi tidak akan gentar dari tindakan jika dijamin oleh inflasi.
Menanggapi hal tersebut, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio yakin efek dari putusan The Fed soal tapering tidak sesignifikan yang dibayangkan.
Salah satunya terlihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih cukup kuat dan ditutup di zona hijau pada sesi I perdagangan hari ini, Kamis, 4 November 2021. IHSG tercatat menguat 0,82 persen pada level 6.605.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan dampak kebijakan tapering pada tahun 2013 silam. Tapering AS yang kali ini hampir sepanjang tahun didengungkan, dan sikap The Fed yang cukup terbuka soal wacana tersebut ke publik, membuat pasar khususnya investor mengantisipasi lebih awal soal kebijakan itu.
“Selain itu, tapering kali ini juga tidak diikuti oleh kenaikan suku bunga dalam waktu dekat,” kata Frankie saat dihubungi pada Kamis, 4 November 2021.
Tak hanya itu, menurut dia, perekonomian domestik Indonesia belakangan menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Hal tersebut juga ditopang oleh harga komoditas dunia yang masih tinggi, dan pasar modal Indonesia cukup menarik dari segi valuasi.
“Ditambah kesiapan pemerintah khususnya Bank Indonesia (BI) dalam menghadapi efek tapering, maka efek tapering di tanah air kali ini cenderung minimal,” ucap Frankie.
Hal senada disampaikan oleh Investment Information Team dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Martha Christina. Ia menyatakan, meski kebijakan tapering The Fed akan mempengaruhi pergerakan IHSG, tapi dampaknya terhadap pasar modal Indonesia tidak akan signifikan.
Pasalnya, pengumuman terkait tapering yang telah dilakukan sejak awal tahun. “Kebijakan tapering ini sudah priced in oleh pasar, mereka sudah mengantisipasinya sejak awal tahun. Sehingga, dampaknya juga cenderung minimal,” tuturnya.
Lebih jauh, menurut Martha, sentimen yang akan lebih mempengaruhi pasar modal Indonesia adalah prospek kenaikan suku bunga The Fed. Pasar sampai sekarang masih menantikan kejelasan terkait jadwal kenaikan suku bunga acuan. Hingga pertemuan The Fed kemarin, belum ada kepastian terkait kebijakan suku bunga.
BISNIS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.