Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui maskapai penerbangan Indonesia kehilangan frekuensi penerbangan hingga 30 persen akibat meluasnya virus 2019-nCoV atau virus corona baru. Dampak itu timbul lantaran regulator menutup sementara penerbangan dari dan ke Cina untuk mengantisipasi penularan virus.
"Rata-rata berkurang 30 persen. Kami (Kementerian Perhubungan) dan maskapai akan diskusi apa peluang yang mungkin dilakukan," ujar Menhub di kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta Pusat, Rabu, 12 Februari 2020.
Budi Karya mengatakan pemerintah saat ini tengah mencari cara untuk membantu maskapai menambal kerugian akibat penurunan frekuensi penerbangan. Salah satunya dengan memberikan insentif.
Insentif itu, kata dia, masih terus digodok bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dalam pekan depan, usulan pemberian insentif bakal diusulkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ia memungkinkan insentif tersebut diberikan dalam bentuk pelonggaran pajak. Namun, besaran pelonggaran pajak itu saat ini belum ditetapkan.
Selain memberikan insentif, Kementerian Perhubungan mendorong maskapai untuk mengisi slot-slot rute Cina yang saat ini kosong. Budi Karya meminta maskapai menawarkan rute penerbangan baru, seperti ke Asia Selatan. "Paling potensial ke India, Pakistan, Bangladesh. Kami minta maskapai mencari konektivitas ke sana," ujarnya.
Menurut Budi Karya, slot-slot penerbangan yang kini kosong harus segera diisi selambat-lambatnya Mei. Hal itu untuk mengantisipasi kerugian yang timbul akibat penutupan rute.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra hingga kini masih mengkaji alternatif rute penerbangan yang akan dibidik untuk menggantikan Cina. "Kami masih review," tuturnya dalam pesan pendek.
Maskapai penerbangan pelat merah mencatat, frekuensi penerbangan yang kosong akibat penutupan rute ke Cina mencapai 40 perjalanan sepekan. Slot kosong itu mungkin akan diisi untuk rute baru atau rute-rute potensial, baik domestik maupun internasional.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini