Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Diuntungkan oleh Pelemahan Dolar AS

Penggunaan mata uang di luar dolar AS membawa dampak positif bagi kurs rupiah. Namun masih sulit untuk menggusur dolar AS. 

5 Mei 2023 | 00.00 WIB

Pegawai penukaran mata uang asing menghitungn uang Dolar Amerika di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Pegawai penukaran mata uang asing menghitungn uang Dolar Amerika di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Dedolarisasi menurunkan permintaan terhadap dolar AS.

  • Kurs rupiah diperkirakan menguat di kisaran 14.500-14.750.

  • Variasi mata uang memudahkan transaksi perdagangan global.

JAKARTA - Dedolarisasi membawa dampak positif bagi pergerakan kurs non-dolar Amerika Serikat. Permintaan akan dolar AS menjadi lebih rendah karena transaksi perdagangan global menjadikan mata uang lokal sebagai preferensi kurs utama, khususnya dalam hubungan bilateral. Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menuturkan dedolarisasi melemahkan kurs dolar AS dan memperkuat mata uang domestik, termasuk rupiah.

“Rupiah diperkirakan menguat di kisaran 14.500-14.750 per dolar AS hingga akhir tahun nanti,” ujarnya kepada Tempo, kemarin. Penguatan mata uang negara-negara berkembang, di sisi lain, memberikan peluang penguatan impor barang-barang modal. Harga produk barang dan jasa asal AS pun akan menjadi lebih murah sehingga ikut membawa dinamika dalam persaingan perdagangan di pasar global.

Piter melanjutkan, dominasi dolar AS kian goyah kala sejumlah negara dengan ekonomi kuat melempar wacana untuk membentuk mata uang bersama, di antaranya Cina, Rusia, India, dan Brasil. “Mata uang bersama ini diyakini akan menggoyang posisi dolar sebagai mata uang utama dunia.” Sebagaimana diketahui, ketegangan geopolitik akibat invasi Rusia ke Ukraina menjadi momentum bagi banyak negara yang berseberangan dengan Amerika untuk meninggalkan dolar AS dan membuat poros tandingan.

Meski demikian, menurut Piter, fasilitas local currency settlement (LCS) yang naik daun di tengah penguatan dedolarisasi belum cukup mampu menggantikan supremasi dolar AS dalam takhta perdagangan global. Sebab, penggunaan LCS cenderung terbatas di antara dua atau beberapa negara. Sedangkan kebutuhan impor negara-negara itu masih banyak berasal dari negara-negara Eropa dan Amerika, sehingga kebutuhan dolar AS tetap tinggi. “Pemanfaatan LCS baru bisa maksimal jika melibatkan banyak negara dan terkait dengan rantai pasok global,” katanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus