Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Freeport Indonesia (PTFI) merencanakan untuk mengganti pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU batu bara menjadi pembangkit listrik tenaga gas (PLTG). Berapa nilai investasinya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan PLTU milik Freeport Indonesia memiliki kapasitas 200 megawatt dan sudah dibangun sejak 1995. Oleh sebab itu, pihaknya berencana menggantinya dengan gas alam cair atau liquified natural gas (LNG).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pada tahun 2030, direncanakan bahwa pembangkit listrik tenaga gas menggunakan LNG itu sudah beroperasi," kata Tony saat ditemui di acara CEO Insight di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat pada Senin, 23 Oktober 2023.
Dengan begitu, lanjut dia, penurunan emisi karbonnya akan lebih besar. Adapun LNG ini lah yang masih dicari oleh Freeport Indonesia.
Namun Tony tak membeberkan lebih jauh mengenai nilai investasi Freeport untuk penggantian PLTU batu bara ke PLTG yang bersumber dari LNG. "Saya masih hitung-hitung terus tuh," kata dia saat ditanya soal selisih harga antara PLTU dan PLTG.
Berdasarkan laporan induk perusahaan PTFI, Freeport-McMoRan pada kuartal III-2023, ada pemajuan rencana untuk mengalihkan sumber energi batu bara ke gas alam cair. Ini diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca lingkup 1 PTFI di distrik mineral Grasberg secara signifikan.
"Belanja modal untuk fasilitas baru, yang akan dikeluarkan selama tiga sampai empat tahun ke depan, diperkirakan sebesar US$ 1 miliar," begitu bunyi laporan tersebut.
Jumlah Capex atau belanja modal tersebut mencapai Rp 15,86 triliun, dengan asumsi kurs Rp 15.867 per dolar AS. Ini merupakan peningkatan biaya sebesar U$ 0,4 miliar dibandingkan dengan rencana investasi sebelumnya untuk memperbarui unit batu bara yang ada.