Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) di Indonesia menampilkan pencapaian-pencapaian kerja pada Ekosistem Laut Besar Indonesia dan keanekaragaman hayati untuk perikanan darat dalam empat tahun terakhir pada Lokakarya Global Environment Facility (GEF) se-Asia Pasifik di Bali, pada 10 - 12 Januari 2023.
Dewan GEF menyetujui 78.5 juta dolar untuk 13 proyek yang dipimpin FAO di 16 negara termasuk Indonesia. Banyak pekerjaan telah dilaksanakan dalam mengelola keanekaragaman hayati perairan darat dan laut di Indonesia, beberapa yang cukup besar adalah bermitra dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam ISLME (Proyek regional untuk manajemen keberlanjutan pada ekosistem laut besar Indonesia) dan IFISH (Proyek Konservasi di Perikanan Darat)
Baca: 9 Proyek FAO dan Kementerian Pertanian untuk 4 Tahun ke Depan, Apa Saja?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Proyek FAO GEF bermitra dengan berbagai Kementerian Indonesia termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Proyek GEF-FAO mengatasi krisis lingkungan global yang berdampak pada produktivitas dan keberlanjutan -sistem pangan pertanian di lahan dan air di lima benua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
GEF didirikan di Earth Summit di Rio pada tahun 1992 untuk membantu mengatasi masalah lingkungan. Sejak saat itu, GEF telah memberikan lebih dari $21,1 miliar dalam bentuk hibah dan memobilisasi tambahan $114 miliar untuk pembiayaan bersama lebih dari 5.000 proyek di 170 negara.
Dalam Lokakarya Asia Pacific, FAO ISLME dipilih sebagai salah satu Stasiun Pembelajaran GEF atas dukungan ISLME terhadap keberlanjutan lintas batas, perlindungan habitat perair laut besar, dan produktivitas marikultur. Kegiatan proyek digerakkan oleh data berdasarkan bukti-bukti di lapangan, dan dalam kemitraan erat dengan akademisi dan berbagai kepentingan kelompok seperti nelayan, kelompok perempuan dan sektor swasta.
Proyek ISLME pun dinilai memberikan kelebihan bagi keberlangusngan kehidupan di segala bidang. Pertama, ISLME membantu kedelapan perikanan unggulan pada pendekatan ekosistem dan manajemen perikanan (EAFM) dan strategi panen. Kedua, Produk ini menawarkan potensi ekonomi jangka Panjang untuk pembangunan tingkat nasional. Hal ini karena ISLME mendukung area 712, 713, 714 dalam wilayah perairan laut Indonesia dan perairan utara Timor Leste. Terakhir, ISLME membantu analisis diagnostik lintas bantas dalam perairan Indonesia dan Timor Leste.
Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste menyatakan manajemen kegiatan ‘ekonomi biru’ melalui proyek ISLME adalah langkah tepat. Proyek ini mendukung ekonomi biru yang berkelanjutan. Keberadaan ‘pangan biru' berperan mencapai ketahanan pangan, mengakhiri kekurangan gizi, dan membangun sistem pangan yang sehat, positif alam, dan tangguh di dunia.
Lebih dari 3.000 spesies hewan dan tumbuhan air ditangkap atau dibudidayakan untuk digunakan sebagai makanan di dunia. Mereka diproduksi melalui berbagai macam sistem – mulai dari pabrik kapal pukat laut hingga tambak ikan – dan pembudidaya ikan air tawar. Pangan biru telah menjadi landasan sistem pangan global, menyediakan sumber nutrisi penting bagi lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia ,dan mata pencaharian bagi ratusan juta orang.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca juga: Trenggono Paparkan 5 Program Ekonomi Biru ke Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.