Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Gojek Dorong Startup Punya Eksekutif Perempuan

Gojek menilai sejauh ini kepemimpinan perusahaan rintisan di Indonesia masih didominasi kaum laki-laki.

2 November 2019 | 08.21 WIB

Sejumlah pengemudi Gojek mengikuti pelatihan bahasa isyarat di BedeeCafe dan Kedai Mis U, Cinere, Depok, Jumat 18 Oktober 2019. TEMPO | Cheta Nilawaty
Perbesar
Sejumlah pengemudi Gojek mengikuti pelatihan bahasa isyarat di BedeeCafe dan Kedai Mis U, Cinere, Depok, Jumat 18 Oktober 2019. TEMPO | Cheta Nilawaty

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Gojek menilai sejauh ini kepemimpinan perusahaan rintisan di Indonesia masih didominasi kaum laki-laki. Karena itu, perusahaan yang didirikan Nadiem Makarim mendorong keragaman gender dan munculnya eksekutif perempuan dalam startup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Guna mendorong lebih banyak perempuan di bidang teknologi dan perusahaan rintisan, Gojek menyelenggarakan program akselerator Gojek Xcelerate, di mana terdapat 10 perusahaan rintisan yang dipimpin perempuan dari Indonesia dan Asia Pasifik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Merujuk kepada hasil riset International Labour Organization (ILO) berjudul Women in Business and Management: The Business Case for Change tahun 2019, ditemukan lebih dari 60 persen responden setuju bahwa inisiatif keragaman gender meningkatkan hasil bisnis dan reputasi. Terlibatnya lebih banyak perempuan juga membuat perusahaan lebih mudah dalam menarik dan mempertahankan karyawan, serta lebih kreativitas dan berinovasi .

Namun, partisipasi perempuan khususnya di sektor teknologi masih tergolong sedikit, sementara ekonomi digital diprediksi akan bertumbuh pesat di Indonesia dan Asia Tenggara dalam satu dekade ke depan.

SVP Product Management Gojek Dian Rosanti mengatakan para pendiri perusahaan perempuan di dunia teknologi seringkali menghadapi lebih banyak tantangan dalam mengembangkan usahanya dibandingkan pendiri laki-laki. "Tidak hanya terkait stigma sosial tetapi juga kurangnya jejaring dukungan dan akses terbatas pada pendanaan," ujarnya di Jakarta, Jumat 1 November 2019.

Managing Partners Simona Ventures Putri Izzati menambahkan, tantangan terbesar bagi startup yang dipimpin perempuan tidak hanya masalah permodalan, tapi juga akses kepada kurikulum dan mentor untuk mengembangkan bisnis. Ditambah lagi, lanjutnya, perusahaan rintisan yang dipimpin perempuan masih kerap dianggap sebelah mata.

Managing Director Digitaraya Nicole Yap memprediksi startup yang dipimpin oleh perempuan ke depannya diprediksi bakal mengalami pertumbuhan positif. Saat ini, lanjutnya, dari 50 perusahaan rintisan yang telah bergabung dengan Digitaraya, sebanyak 10 persen di antaranya dipimpin oleh eksekutif perempuan, baik di posisi Co-Founder ataupun eksekutif lainnya di C-level.

BISNIS

 
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus