Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Analis MNC Sekurias, Herditya Wicaksana, mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG akan cenderung terkoreksi terlebih dahulu jelang hari Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang jatuh pada 14 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami mencermati pergerakan IHSG mendekati hari pencoblosan akan cenderung terkoreksi (turun) terlebih dahulu, meskipun pada pergerakan kemarin sempat break resistance (naik drastis) terdekatnya di 7.271,” ujar Herditya ketika dihubungi Tempo, Jumat, 9 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Data perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 5-7 Februari 2024 ditutup bervariasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) minggu ini, yang ditutup pada 7 Februari 2024--karena ada hari libur dan cuit bersama sampai 9 Februari 2024--terkoreksi tipis. IHSG turun sebesar 0,05 persen, ditutup pada posisi 7.235,152 dari 7.238,785 pada penutupan pekan lalu.
Herditya menjelaskan, pergerakan IHSG akan dipengaruhi beberapa sentimen dari luar, seperti pergerakan harga komoditas dunia dan rilis data inflasi Cina yang diperkirakan masih deflasi.
Untuk saat ini, kata Herditya, para investor diperkirakan cenderung masih wait and see, menunggu hasil Pemilu 2024. Menurut dia, para investor justu ingin Pemilu cepat selesai.
“Sehingga dapat mengetahui pemerintahan yang baru, serta kebijakan yang akan diusungnya,” tuturnya.
Jika Pemilu berjalan dua putaran, analis MNC Sekuritas itu mengatakan kondisi ketidakpastian akan terus berlanjut.
“Berarti kondisi ketidakpastian akan panjang meskipun pilihan sudah mengerucut,” katanya.
Selain itu, biaya Pemilu juga akan membesar. Meskipun konsumsi diperkirakan meningkat yang berasal dari belanja pemerintah.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengimbau para pelaku pasar untuk tetap bersikap rasional menjelang pergelaran Pemilu 2024.
“Kita bersama-sama sampaikan kepada publik untuk selalu mengambil keputusan investasi secara rasional, itu yang paling penting, dan untuk bisa mengambil keputusan secara rasional tentu dibutuhkan skill dan dibutuhkan data,” ujar Jeffrey dalam kelas wartawan pasar modal di kantornya, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2024.
Selain itu, investor juga harus memperhatikan berbagai pengumuman atau notifikasi khusus yang disampaikan bursa, seperti unusual market activity (UMA) hingga suspensi.
“Kalau memang para investor memutuskan mau wait and see, atau ada beberapa investor yang justru menyatakan ini adalah waktunya untuk mengambil keputusan dengan mengantisipasi apapun yang akan terjadi di depan, itu adalah keputusan masing-masing investor,” ucap direktur pengembangan itu.
Jeffrey pun menegaskan pihaknya tidak berada pada posisi untuk berekspektasi tentang indeks atau mengarahkan pergerakan indeks. Dia justru meminta investor untuk melihat prospek jangka panjang.
“Kegiatan pemilu adalah kegiatan yang sudah kita lakukan berkali-kali sepanjang keberadaan Bursa Efek Indonesia, dan tetap banyak investor kita yang sukses sampai dengan hari ini,” ucapnya.
Artinya, kata Jeffrey, semuanya tergantung dari bagaimana investor melakukan analisis dan melihat prospek ekonomi maupun prospek masing-masing perusahaan ke depan. “Silahkan mengambil keputusan dari situ.”
DEFARA DHANYA PARAMITHA