Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Kementerian BUMN mengusulkan impor 10-12 rangkaian KRL.
Skema impor darurat serupa dengan rencana impor PT KCI.
Tanpa armada pengganti, okupansi KRL Jabodetabek akan semakin tinggi.
JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara masih berupaya memboyong rangkaian pengganti kereta rel listrik (KRL) Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang sudah tua lewat pintu impor. Wakil II Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, mengatakan opsi peremajaan armada lama alias retrofit baru bisa diterapkan mulai tahun depan bila menimbang durasi pengerjaannya.
"Kami minta izin melakukan impor darurat saja. Sekitar 10-12 rangkaian untuk memenuhi kebutuhan 2023," ucapnya seusai rapat di Komisi BUMN Dewan Perwakilan Rakyat RI, Jakarta, kemarin.
Kartika memastikan skema darurat ini masih serupa dengan skema impor yang sebelumnya direncanakan PT Kereta Commuter Indonesia atau KCI. Artinya, pengganti KRL uzur nantinya tetap berupa kereta bekas dari Jepang yang dibeli dengan dana milik anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) tersebut. “Skemanya sama, karena spesifikasinya sudah jelas. Jadi, ini masalah izin saja.”
KCI sempat akan mengimpor 29 rangkaian KRL tipe E217, yang terdiri atas 120 unit KRL untuk 2023 dan 228 unit untuk tahun berikutnya. Impor kian mendesak karena 10 rangkaian KRL yang berusia di atas 45 tahun harus diganti sebelum akhir tahun ini. KRL pengganti juga diperlukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pengguna KRL Jabodetabek yang diprediksi mencapai 273,6 juta orang pada 2023 dan 446 juta orang pada 2030.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo