Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 22 poin ke level Rp 15.463 per dolar Amerika Serikat (dolar AS) pada perdagangan Senin sore, 4 Desember 2023. Sebelumnya, rupiah sempat menguat 40 poin ke level Rp 15.485 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif tapi ditutup menguat di kisaran Rp 15.430 hingga Rp 15.490 per dolar AS,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis, Senin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam laporannya, Ibrahim mengatakan indeks dolar stabil mendekati level terendah dalam tiga bulan. Pada Jumat lalu, Ketua Bank Sentral AS Jerome Powell menyampaikan nada yang kurang hawkish dalam dua pidatonya.
“Pasar bertaruh bahwa komentarnya tentang menjaga keseimbangan antara kebijakan moneter yang ketat dan soft economic landing menandai berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed secara pasti,” tuturnya.
Meskipun Powell masih memperingatkan bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, para pedagang meningkatkan ekspektasi mereka terhadap kebijakan The Fed yang tidak terlalu hawkish dalam beberapa bulan mendatang.
“Pasar memperhitungkan kemungkinan lebih dari 90 persen bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunganya ketika bertemu nanti pada bulan Desember, dan lebih dari 60 persen kemungkinan bank tersebut akan mulai memangkas suku bunga pada bulan Maret 2024,” ucap Ibrahim. Namun perkiraan ini sebagian besar bergantung pada inflasi dan pasar tenaga kerja.
Sementara dari sisi internal, kata Ibrahim, para ekonom memprediksi Indeks harga konsumen (IHK) Desember 2023 berada di level 116,90, atau mengalami inflasi sebesar 2,92 persen secara tahunan (yoy) atau 0,71 persen secara bulanan (mtm). Proyeksi tersebut sejalan dengan tren peningkatan inflasi di akhir tahun.
“Terutama didorong oleh naiknya permintaan akibat Hari Besar Keagamaan Nasional, libur akhir tahun, dan kampanye menjelang Pemilu,” kata analis itu.
Lebih lanjut, Ibrahim menyampaikan sejumlah potensi risiko masih perlu diperhatikan, antara lain terkait imported inflation sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar Rupiah dan risiko kenaikan harga energi serta pangan global.