Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MINYAK berat (heavy crude) Indonesia sedang naik gengsi di pasar internasional. Menurut The Asian Wall Street Journal, pekan lalu, minyak berat itu banyak yang diangkut dengan tanker-tanker 100 ribu-150 ribu ton. Jenis minyak itu kini populer sesudah teknologi mutakhir bisa mengilangnya menjadi BBM secara efisien. Bulan bulan ini, banyak negara industri - terutama Jepang - membutuhkan minyak berat itu untuk dikilang dan hasil akhirnya digunakan, antara lain, sebagai bahan bakar mobil. Tapi armada perkapalan Pertamina tidak bisa memetik keuntungan dari meningkatnya permintaan akan jenis minyak itu. Maklum, demikian direktur Perkapalan dan Telekomunikasi Pertamina, Indra Kartasasmita, penjualan seluruh minyak pemerintah dilakukan di atas kapal (fob). Armada Pertamina sendiri, katanya, selain tidak ada yang berdaya angkut besar juga lebih banyak digunakan untuk mengangkut minyak di dalam negeri. "Saya malah punya rencana untuk mengurangi jumlah kapal, demi penghematan," katanya menambahkan. "Sekarang saya nilai terlalu banyak kapal, dan perawatannya sangat mahal."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo