Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Industri Tempe Terganggu, Harga Kedelai Impor Naik

Harga kacang kedelai impor alami kenaikan. Produksi tempe pun menjadi terganggu.

30 April 2025 | 16.28 WIB

Harga kacang kedelai impor alami kenaikan. Produksi tempe pun menjadi terganggu. ANTARA/Arif Firmansyah
Perbesar
Harga kacang kedelai impor alami kenaikan. Produksi tempe pun menjadi terganggu. ANTARA/Arif Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Indramayu - Harga kacang kedelai impor alami kenaikan. Produksi tempe pun menjadi terganggu. “Harga kacang kedelai impor kini mengalami kenaikan seiring dengan naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah,” tutur Hirul, seorang pengrajin tempe di sentra industri pembuatan tempe di Blok Bungkul, Kelurahan Bojongsari, Kecamatan Indramayu, Rabu, 30 April 2024. Sebelumnya, lanjut Hirul, harga kacang kedelai hanya Rp 9 ribu per kilogram. Namun kini harganya naik di kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 11 ribu per kilogram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Tapi kami tidak bisa menaikkan harga jual,” tutur Hirul. Padahal idealnya, kenaikan harga kacang kedelai diiringi oleh kenaikan harga jual tempe. Namun Hirul mengaku khawatir jika harga tempe yang dijualnya dinaikkan. “Saya khawatir tidak ada yang beli dan ditinggalkan konsumen,” tutur Hirul. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karenanya, lanjut Hirul, ia tetap menjual tempe dengan harga Rp 7 ribu per potong. Namun agar tidak mengalami kerugian ia pun mengurangi takaran dan ukuran tempe menjadi lebih kecil. “Untuk menaikkan harga jual tuh susah. Jadi ya paling mengurangi takaran kedelainya, yang biasanya delapan ons, dikurangi jadi tujuh ons,” tutur Hirul.Sehingga otomatis ukurannya pun mengecil. 

Sekali pun hanya menurunkan takaran dan ukuran tempe dan tidak menaikkan harga jual, Hirul tetap mendapat protes dari pelanggannya. “Mereka sering protes kenapa ukurannya tambah kecil. Jadi  saya pun menjelaskan terpaksa melakukan karena harga kedelai impor kini sudah naik. Nanti kalau harga bahan bakunya turun, ukurannya akan dikembalikan  seperti semula,” jelas Hirul. 

Selain memperkecil ukuran, Hirul juga terpaksa mengurangi produksi tempenya karena keterbatasan modal. Dari yang biasanya dua kuintal, menjadi hanya 1,5 kwintal. “Biasanya bikin banyak, sekarang dikurangi. Jadi omset bikin tempenya otomatis juga berkurang,” tutur Hirul.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus