Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tingkat inflasi di Indonesia meningkat mencapai level 0,95 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) atau mencapai 3,47 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada April 2022. Lalu, apa itu inflasi dan penyebabnya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Bank Indonesia atau BI, inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang terjadi terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mendefinisikan secara sederhana inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi. Kecuali bila kenaikan tersebut meluas dan saling memengaruhi, atau mengakibatkan naiknya harga barang lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan kata lain, inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi atau rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi jika tidak memengaruhi harga komoditi lain. Dengan demikian, menurut Badan Pusat Statistik atau BPS, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Perhitungan inflasi sendiri dilakukan dilakukan oleh BPS.
Lalu apa penyebab inflasi?
Inflasi disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, naiknya biaya produksi akibat harga bahan baku dan upah pekerja yang meningkat. Karena itu produsen akhirnya harus menaikkan harga barang. Kedua, menurut OJK, inflasi disebabkan oleh tingginya jumlah permintaan suatu jenis barang, sementara suplainya terbatas. Kondisi ini menimbulkan lonjakan harga. Faktor ini disebut juga dengan demand pull inflation.
Ketiga, tingginya jumlah uang yang beredar di masyarakat. Tingginya jumlah uang yang beredar biasanya dibarengi dengan naiknya minat masyarakat berbelanja. Namun suplainya yang statis akhirnya mempengaruhi harga barang mengalami peningkatan yang setara.
Menurut BI, faktor lainnya penyebab inflasi yaitu faktor ekspektasi inflasi yang dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut dapat bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang. Terutama pada saat menjelang hari besar keagamaan dan penentuan upah minimum provinsi (UMP).
Menurut OJK, meskipun terkadang kurang baik, inflasi dibutuhkan dalam perekonomian. Hal ini karena inflasi menunjukkan adanya peningkatan pada perekonomian. Kendati begitu, nilai yang terlalu tinggi pada inflasi juga tidak baik. Sehingga idealnya inflasi harus ada di posisi yang stabil.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi. Namun, salah satu cara yang paling mendasar adalah ‘persepsi’. Melalui persepsi masyarakat secara luas terhadap inflasi dan kerja sama pemerintah dengan masyarakat, pertumbuhan perekonomian dan inflasi akan stabil dan terjaga.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.