Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Jababeka Gandeng Greenbelt Atasi Limbah Rumah Tangga

Jababeka menggandeng Greenbelt mengatasi limbah rumah tangga. Nilai kerja sama mencapai 4,5 juta dolar AS.

21 April 2017 | 19.58 WIB

Tumpukan sampah rumah tangga, limbah pabrik tekstil, dan bangkai binatang telah mengotori Sungai Citarum. Sampah-sampah ini membuat populasi ikan menurun hingga 60 persen sehingga nelayan beralih profesi jadi pemulung. Dailymail.co.uk
Perbesar
Tumpukan sampah rumah tangga, limbah pabrik tekstil, dan bangkai binatang telah mengotori Sungai Citarum. Sampah-sampah ini membuat populasi ikan menurun hingga 60 persen sehingga nelayan beralih profesi jadi pemulung. Dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - PT. Jababeka Infrastruktur bekerja sama dengan Greenbelt Resources Corporation mengatasi limbah rumah tangga di kawasan Jababeka. Direktur Greenbelt Indonesia Charles Saerang mengatakan kerja sama proyek ini senilai US$ 4,5 juta dan dimulai pada 27 April 2017. “Ini tidak lepas dari masalah sampah yang dapat dimanfaatkan,” kata Charles di Hotel Shangri-La, Jakarta, Jumat 21 April 2017.

Kerja sama ini, kata Charles, berbentuk dengan penggunaan teknologi modern berupa membrane filter. Ia menuturkan teknologi ini bisa mengubah sampah menjadi berbagai macam produk termasuk etanol, pakan ternak, pupuk, dan air suling dari proyek kerja sama pertama ini. “Kami melihat Jababeka memberi satu insentif yang luar biasa untuk membangun kebersihan sekitarnya,” kata dia.

Baca: Gawat, Limbah Pabrik di Sungai Citarum Semakin Tak Terkendali

Dalam proyek ini, kata Charles, Jababeka telah memberikan tempat seluas 1.200 hektar untuk pengolahan limbah dengan teknologi yang diadakan oleh Greenbelt. Menurut dia, karakter sampah di kawasan tersebut berbeda dengan dominasi sampah basah. “Ada semacam transfer teknologi,” ujar Charles.

Presiden Direktur PT. Jababeka Infrastruktur Tjahjadi Rahardja menuturkan kerja sama ini juga bermanfaat untuk kawasan Jababeka yang memproduksi sampah sekitar 40 ton dalam sehari. Kerja sama ini dapat memberinilai tambah untuk sampah. “Proses sampah menjadi etanol ini untuk kebutuhan pabrik di Jababeka,” kata Tjahjadi.

Baca: Usai Hujan Deras, Kali Cisadane Dipenuhi Lautan Sampah

Selain itu, pengalihan sampah menjadi pupuk kompos pun dapat digunakan untuk kebutuhan taman di kawasan industri. “Simbiosi kami ini sangat ideal,” kata dia. Ia memperhitungkan solusi ini bisa mngurangi jumlah sampah yang selama ini dikirim ke tempat pembuangan sampah akhir.

CEO Greenbelt Resources Corporate Darren Ong menilai penggunaan teknologi ini telah lama digunakan di Amerika Serikat. “Indonesia adalah pilot project kami,” katanya. Ia berharap melalui kerja sama ini ada ada tranfer teknologi, pertumbuhan, dan pengenalan terhadap teknologi pengolahan limbah.

ARKHELAUS W.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dewi Rina Cahyani

Dewi Rina Cahyani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus