Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Timah (Persero) Tbk. menenggelamkan 7.680 unit terumbu karang buatan (artificial reef) di wilayah operasionalnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan ini menjadi bagian dari inisiatif perusahaan untuk mendukung pemulihan ekosistem laut. “Medio 2016–2024, PT Timah telah menenggelamkan 7.680 unit artificial reef. Selain itu, perusahaan juga menenggelamkan 3.105 unit fish shelter dan 1.475 unit transplantasi karang,” kata Departement Head Corporate Communication PT Timah, Anggi Siahaan, dalam keterangan resminya pada Rabu, 14 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia menjelaskan rancangan struktur artificial reef tersebut menyerupai bentuk karang alami. Setelah turun ke dasar laut, ada harapan terumbu karang buatan tersebut menjadi habitat baru bagi berbagai biota laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penenggelaman dilakukan secara bertahap dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, komunitas nelayan, dan akademisi.
Menurut Anggi, langkah ini merupakan bagian dari upaya perusahaan dalam menyeimbangkan kegiatan operasional pertambangan dengan pelestarian lingkungan. “Melalui reklamasi laut, khususnya penenggelaman artificial reef, perusahaan berupaya memastikan bahwa ekosistem laut tetap produktif dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat pesisir,” ujarnya.
Selain menumbuhkan kembali habitat ikan, penenggelaman terumbu karang buatan juga diharapkan dapat mendorong perkembangan wisata bahari berbasis konservasi di masa mendatang.
Anggi menambahkan bahwa perusahaan terus memantau efektivitas terumbu karang buatan, termasuk pertumbuhan karang alami yang menempel serta kehadiran spesies ikan di sekitar area penenggelaman. “Selain menenggelamkan artificial reef, program reklamasi laut PT Timah juga mencakup restocking cumi, penanaman mangrove, pemasangan penahan abrasi, dan berbagai kegiatan lainnya,” tutup Anggi.
Pilihan Editor: Pinjaman Online Naik di Awal Tahun. Apa Arti dan Risikonya?