Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kecurigaan Ekonom Soal Rencana Membentuk Family Office: Dimanfaatkan untuk Pencucian Uang

Family office dianggap tidak bisa menjamin meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi

12 Juli 2024 | 05.00 WIB

Presiden Joko Widodo, Wapres KH Maruf Amin, Ketua DPR Puan Maharini, Ketua BPK RI Isma Yatun, Jaksa Agung ST Burhanuddin, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menko Polhukam Hadi Thahjanto dan ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat acara penyerahan LHP LKPP dari BPK kepada pemerintah pusat, di Jakarta, Senin 8 Juli 2024.
Perbesar
Presiden Joko Widodo, Wapres KH Maruf Amin, Ketua DPR Puan Maharini, Ketua BPK RI Isma Yatun, Jaksa Agung ST Burhanuddin, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menko Polhukam Hadi Thahjanto dan ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat acara penyerahan LHP LKPP dari BPK kepada pemerintah pusat, di Jakarta, Senin 8 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Uviersitas Paramadina Wijayanto Samiri mengkritik wacana pemerintah untuk membentuk family office. Menurut dia, sisa masa jabatan Presiden Joko Widodo yang hanya tiga bulan biarlah berakhir dengan tenang. "Pemerintahan Jokowi hanya tersisa tiga bulan. Sebaiknya biarkan pemerintahan Jokowi husnul khatimah, jangan menimbulkan sesuatu yang akan menjadi persoalan di kemudian hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Wijayanto menduga ada motif jahat di balik wacana pembentukan family office. Dia menilai family office berpotensi dijadikan tempat untuk praktik pencucian uang. "Jangan-jangan, ini dugaan saya saja, ini dimanfaatkan untuk kepentingan pencucian uang. Ini juga bisa untuk menghindari pajak, mereka bebas berbisnis dan menempatkan uangnya di sini, tetapi tidak bisa kita tarik pajaknya untuk kepentingan negara kita," kata Wijayanto, Kamis, 11 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menjelaskan, family office juga tidak menjamin bisa meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, kebijakan membebaskan pajak demi investasi pernah diterapkan lewat tax amnesty.

"Tax amnesty sudah dua kali diundang-undangkan, itu juga gagal. Berapa banyak uang dari pengusaha-pengusaha kaya yang menanam uangnya, kan tidak banyak, hasilnya juga tidak signifikan," ujarnya.

Selain itu, Wijayanto menilai family office hanya akan menambah beban pemerintahan Prabowo-Gibran. Family office pertama kali diusulkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

"Kita tahu ide ini banyak kontroversinya. Jadi menurut saya tidak apa-apa dalam batasan wacana, tapi jangan sampai diimplementasikan sekarang. Karena ini cuman tinggal tiga bulan dan belum tentu menteri yang mengusulkan ide family office ini akan dipakai Pak Prabowo di pemerintahan ke depan," kata Wijayanto.

Nandito Putra

Lulus dari jurusan Hukum Tata Negara UIN Imam Bonjol Padang pada 2022. Bergabung dengan Tempo sejak pertengahan 2024. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus