Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HARTA karun berupa gas alam cair alias LNG ditemukan di daratan dan kawasan lepas pantai Aceh Timur. Perusahaan minyak Asamera Oil (dari Kanada) menemukan 24 trilyun kaki kubik LNG ( liquified natural gas) di delapan kecamatan wilayah Kabupaten Aceh Timur. Tak kurang hebatnya Trans Canadian Resources (TCR), yang berhasil menemukan kekayaan alam yang sama di Kuala Langsa dan Kuala Idi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memang, jumlah persisnya belum terungkap, tapi kabarnya akan lebih besar dari yang ditemukan Asamera itu. "Penemuan tersebut akan membuat masyarakat Aceh Timur lebih sejahtera," kata Bupati Aceh Timur M. Nuh A.R.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah kandungan LNG sebanyak itu memang jauh lebih besar dari cadangan Arun, Aceh Utara, yang diperkirakan sekitar 17 trilyun kubik. Pihak Pertamina mengatakan, pelacakan dengan metode getaran seismik untuk menemukan lokasi LNG tersebut dilakukan sejak dua-tiga tahun silam. Hasil temuannya dilaporkan Asamera Oil kepada Bupati Nuh pertengahan April silam.
Lalu, Nuh segera membuat perkiraan. Katanya, ekspor perdana LNG direncanakan tahun 1996. Ia juga mengajak warganya mengantisipasi perkembangan besar yang segera memasuki kehidupan wilayah itu. "Jangan sampai warga di sini jadi penonton saja, seraya menuding perusahaan minyak itu tidak menggunakan tenaga putra Aceh," ujar Pak Bupati.
Dianjurkan Nuh kepada warganya, agar segera memperlancar penguasaan bahasa Inggris dan meningkatkan kebolehan mengoperasikan komputer. Yang belum ia ungkapkan ke penduduk adalah menyangkut tanah-tanah mana saja yang kelak akan dibebaskan untuk lokasi proyek. Informasi itu tetap ia rahasiakan, supaya tidak menimbulkan spekulasi harga tanah di calon lokasi proyek.
Sebelum operasi pencarian dengan getaran seismik dilakukan, pihak Asamera melakukan peragaan di hadapan masyarakat umum di kecamatan-kecamatan lokasi cadangan. Operasi seismik itu ternyata menggunakan ledakan dengan bahan dinamit. Menurut Nuh, peragaan semacam itu penting untuk menghindarkan salah paham. Jangan sampai masyarakat menuding-nuding operasi seismik bila ternyata udangnya di tambak kabur atau rumah dan sekolah retak. Sampai kini, kegembiraan masyarakat Aceh Timur karena penemuan harta terpendam itu masih belum meledak.
Menurut Direktur Eksplorasi dan Produksi Pertamina G.S. Nayoan kepada TEMPO, temuan tersebut masih merupakan sumber daya (resources). "Belum dapat disebut cadangan," katanya. Jadi, masih diperlukan sejumlah pengeboran, untuk membuktikan kebenaran informasi lewat pemantauan seismik. "Kalau memang benar ada LNG-nya, ya kita teruskan. Kalau tidak ada, ya sampai di situ saja," ujar Nayoan.
Pokoknya, hasil pengeboran harus sudah diketahui tahun depan. Berdasarkan rencana, di kawasan sumber daya LNG tersebut akan dilakukan pengeboran enam sumur. Kemungkinannya, kalau cuaca bersahabat, pengeboran akan dimulai Juni tahun ini. Jika tidak, pengeboran baru bisa dimulai September atau November.
Berdasarkan perkiraan kasar, biaya pembuatan sebuah sumur paling sedikit US$ 3 juta. Angka ini bisa melar jika sumurnya ternyata lebih dalam. Pertamina juga sangat mengharapkan keberhasilan pengeboran LNG di Aceh Timur itu, terutama jika dikaitkan dengan rencana perpanjangan kontrak pengadaan LNG ke Jepang sampai 1999. "Untuk itu kita memerlukan cadangan. Hasil dari Aceh Timur itu sangat kami harapkan," tambah Nayoan.
Jepang memang merupakan pasar utama LNG. Belakangan, Taiwan juga mulai terbiasa mengonsumsi LNG.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Laporan Ivan Haris (Jakarta), dan Affan Bey (Medan)