Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Luhut Sebut Tom Lembong Bohong soal LFP, AMIN: Itu Pendidikan Publik

Luhut menuding Tom Lembong berbohong soal baterai LFP yang mulai menggantikan boterai nikel. Timnas AMIN menyebut Lembong sedang mendidik publik.

26 Januari 2024 | 17.03 WIB

Tom Lembong Bilang Tesla Sudah Tak Pakai Baterai Nikel, Luhut: Tidak Benar
Perbesar
Tom Lembong Bilang Tesla Sudah Tak Pakai Baterai Nikel, Luhut: Tidak Benar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Pakar Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas Amin) Wijayanto Samirin membantah tudingan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut Co-Captain Timnas AMIN Thomas Lembong berbohong ihwal harga nikel dan baterai lithium ferro-phosphate (LFP). Menurut Wijayanto, yang dilakukan Tom bukan kebohongan publik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Tapi pendidikan publik," kata Samirin kepada Tempo, Jumat, 26 Januari 2024.

Dengan narasi yang disampaikan Lembong soal harga nikel dan baterai LFP, menurut Wijayanto, publik mendapat wawasan. Berkat narasi Lembong, kata Samirin, publik semakin paham tentang LFP, ESG (environmental, social, governance), hilirisasi, dan lain-lain.

Wijayanto juga mengklaim apa yang disampaikan Tom soal harga nikel global maupun tren penggunaan baterai LFP benar adanya. Ia berujar, harga nikel memang menurun akibat produksi berlebihan dari Indonesia.

Beberapa waktu lalu, Tom Lembong mengkritik kebijakan hilirisasi nikel pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tom menilai pemerintahan Jokowi terobsesi pada nikel, tetapi tidak berorientasi pada pasar.

"Pemerintah kemarin melihat harga nikel bagus, permintaan tinggi, karena semua baterai mobil listrik pakai nikel," kata kata Tom dalam acara Diskusi Publik Pandangan Capres/Cawapres 2024-2019 tentang Kebijakan Industri, Hilirisasi dan Perubahan iklim di Gedung CSIS Jakarta, Rabu, 6 Desember 2023.

Menurut Tom, industri bakal mencari bahan baku lain ketika bahan baku nikel mahal dan pasokannya tidak stabil. Ia memberi contoh produksi Tesla, mobil listrik Elon Musk, yang mulai beralih menggunakan baterai LFP. "Sesuai prinsip dasar ekonomi, harga tinggi menyebabkan substitusi," ujar Tom.

Topik tersebut berlanjut ke panggung Debat Cawapres 2024.  Dalam debat yang digelar pada Ahad, 21 Januari 2024, itu, calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka bertanya soal LFP kepada Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Namun saat itu, Gibran tampak tidak puas dengan pasangan Capres Anies Baswedan.

Gibran pun menilai Cak Imin tidak memahami sepenuhnya soal LFP. Padahal, menurut Gibran, hal tersebut sering digaungkan oleh timsesnya.  “Yang sering ngomongnya LFP itu timsesnya, tapi cawapresnya nggak paham LFP itu apa. Kan aneh,” ujar Gibran dalam debat pada Ahad malam, 21 Januari 2024. 

Harga nikel dan LFP lantas menjadi polemik hingga Menko Luhut ikut bersuara. Luhut membantah klaim Tom Lembong soal penggunaan LFP untuk mobil Tesla yang diproduksi di Cina. 

"Tidak benar yang disebutkan kalau pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP untuk mobil listriknya," kata Luhut melalui postingannya di akun Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024. "Mereka masih menggunakan baterai berbahan dasar nikel yang disuplai LG."

Ihwal harga, Luhut mengklaim harga nikel saat ini lebih baik ketimbang sebelum pemerintah menjalankan hilirisasi. Ia menyebut selama 10 tahun terakhir, sejak 2014, rata-rata harga nikel dunia adalah US$ 15 ribu. Ia mengatakan harga nikel saat itu lebih rendah ketimbang harga sekarang atau setelah melakukan kebijakan hilirisasi. Bahkan, ia berujar, pada awal periode hilirisasi, rata-rata harga nikel dunia hanya sekitar US$ 12 ribu.

"Jadi, saya nggak ngerti bagaimana Tom Lembong ber-statement seperti ini. Bagaimana anda memberikan advice bohong kepada calon pemimpin yang Anda dukung," ujar Luhut. "Saya sedih melihat anda."

RIRI RAHAYU | ADINDA JASMINE PRASETYO

Pilihan Editor: Cak Imin: Paslon yang Menempelkan Stiker di Bansos Beras Memalukan, Tidak Punya Etika

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus