Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Melambung di Penghujung Tahun

Penumpang pesawat pada liburan akhir tahun terus meningkat. Dipicu oleh cuti bersama.

24 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIVISI perawatan PT Adam Sky Connections Airlines terlihat sangat sibuk dua pekan lalu. Tak seperti pada hari umumnya, armadanya yang terdiri dari 22 pesawat itu antre menjalani perawatan kecil atau besar. Direktur utama maskapai itu, Adam Aditya Suherman, pun turun tangan memantau. ”Kami berharap pada masa liburan semua pesawat bisa dioperasikan secara maksimal,” kata Aditya.

Di ujung tahun ini, ada tiga hari raya nasional, yakni Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru. Tiga hari libur yang berdekatan itu membuat jeda kerja semakin panjang. Kesempatan ini membuat banyak orang jauh-jauh hari sudah membuat rencana bepergian atau liburan. Nah, peluang itulah yang diincar maskapai penerbangan.

Belajar dari tahun lalu, untuk musim libur kali ini Adam Air menambah 50 ribu tempat duduk dari kapasitas normal 500 ribu. Bukan ancang-ancang tanpa perhitungan. Menurut Aditya, volume penumpang pesawat setiap akhir tahun memang terus meningkat. Sebagai perbandingan, Adam Air hanya menambah 20 ribu kursi pada akhir tahun lalu.

Perawatan lebih awal itu salah satu kunci untuk mengoptimalkan penerbangan. Nantinya, mulai pertengahan Desember hingga pekan pertama Januari tahun depan, tidak ada pesawat yang mendekam di hanggar. Selain itu, untuk beberapa kota tujuan utama seperti ke Denpasar, Yogyakarta, Surabaya, Batam, dan Padang, Adam juga menambah frekuensi penerbangannya.

Musim liburan akhir tahun ini memang lumayan panjang. Selain ada tiga libur nasional, pemerintah juga menetapkan cuti bersama. Tak mengherankan jika maskapai penerbangan serius menggarap pasar untuk menangguk untung. Selain menambah frekuensi penerbangan, terutama ke kota-kota tujuan wisata, sejumlah maskapai juga menambah armadanya.

Garuda Indonesia, misalnya, akan menambah 20 ribu tempat duduk untuk enam kota, yakni Denpasar, Batam, Solo, Pekanbaru, Singapura, dan Hong Kong. Perusahaan pelat merah ini juga mengganti sejumlah pesawatnya dari jenis Boeing 737-400 yang punya kapasitas hanya 134 tempat duduk dengan Airbus A-330 yang bisa menampung penumpang lebih besar.

Kepala Pusat Komunikasi Garuda Pujobroto mengatakan, Garuda memprediksi akan terjadi lonjakan besar arus wisata, terutama ke tujuan wisata utama seperti Bali. Maka, angka 20 ribu hanyalah perkiraan sementara yang bisa menggelembung seperti tahun lalu. Untuk itu, kata Pujobroto, Garuda membentuk tim khusus yang bertugas memantau perkembangan permintaan tersebut.

Mandala juga membeli dua pesawat baru untuk menyambut liburan akhir tahun ini. Dua pesawat itu dari jenis Airbus A-319 dan A-320. Dengan tambahan dua pesawat tersebut, Mandala menargetkan tambahan 10 ribu penumpang pada liburan akhir tahun ini, tiga kali lipat dari akhir tahun lalu. ”Kami yakin target tersebut bakal tercapai,” kata CEO Mandala, Warwick Brady.

Indikasi banjir penumpang memang terlihat dari naiknya harga tiket pesawat untuk kota tujuan utama liburan seperti Batam, Medan, dan Denpasar. Tiket Citilink untuk Batam, misalnya. Pada hari biasa, harga tiket penerbangan murah milik Garuda ini hanya Rp 300 ribuan. Tapi, pada 20 Desember, harganya sudah naik hampir tiga kali lipat menjadi Rp 850 ribu. Harga tiket perusahaan penerbangan murah yang lain juga naik 3-4 kali lipat.

Setiap Desember atau liburan akhir tahun, jumlah penumpang pesawat memang terus menanjak. Pertumbuhannya pun makin ke belakangan makin tinggi. Pada Desember 2003, jumlah penumpang baru 1,75 juta, tapi Desember tahun lalu sudah naik hampir sejuta orang menjadi 2,64 juta. Penumpang pesawat tujuan luar negeri juga naik, meskipun tak sepesat penumpang domestik (lihat tabel).

Terus membesarnya kue penerbangan inilah yang bakal dibidik habis-habisan oleh maskapai penerbangan. Target paling besar tetap penumpang kelas menengah yang banyak diincar dengan iming-iming tiket murah. Mandala, misalnya, menyediakan tiket hanya Rp 99 ribu untuk tujuan Denpasar. Tapi tentu saja ini hanya berlaku jika penumpang memesan jauh-jauh hari. Tiket untuk peak season tetap saja mahal.

Kepala Komunikasi Mandala, Trisia Megawati, mengatakan bahwa program itu merupakan alternatif bagi kelas menengah. Walau tidak mendapat makanan seperti di Garuda atau layanan yang lain, penumpang bisa mendapat kompensasi yang sepadan, yakni harganya menjadi lebih murah. Maka ia yakin dapat bersaing dengan perusahaan penerbangan milik negara itu. Indikasinya, awal bulan ini pemesanan tiket sudah melonjak.

Lain lagi dengan Garuda. Walau banyak yang mengincar kelas menengah dengan iming-iming harga miring, Garuda tak berkecil hati. Layanan prima dengan fasilitas plus tetap diandalkan dengan konsekuensi biaya lebih mahal. Tiket Garuda untuk jalur Jakarta-Denpasar, misalnya, dijual Rp 971 ribu. Harga itu masih ditambah pajak dan surcharge (bea tambahan) untuk bahan bakar. ”Tapi, berapa pun harganya tetap dibeli. Pasarnya masih sangat besar,” kata juru bicara Garuda, Singgih Handoyo.

Garuda juga menambah kursi untuk penerbangan luar negeri, terutama untuk tujuan Hong Kong dan Singapura. Setiap akhir tahun, kata Singgih, penumpang ke Singapura terus meningkat. Untuk mengantisipasi ledakan penumpang ke Negeri Singa itu, pada tahun ini Garuda meningkatkan kapasitasnya sampai hampir 7.000 kursi.

Banjir turis setiap akhir tahun ini dirasakan betul oleh Muhamad Ali bin Muhamad Yunus. Sopir lepas untuk agen perjalanan di Singapura itu hampir tidak mempunyai hari libur pada dua pekan terakhir Desember dan minggu pertama Januari. Permintaan seperti tak pernah putus. Begitu selesai mengantar satu rombongan, datang rombongan lain. Tak jarang juga ia hanya melayani satu keluarga.

Tempat yang sering dikunjungi adalah kawasan wisata seperti Marina dan People’s Park atau menyusuri Orchard Road yang rapi dengan gedung-gedung menjulangnya itu. Kebanyakan mereka datang untuk berbelanja. Tapi tidak jarang juga mereka datang hanya untuk bermain golf atau berselancar pada malam hari di kawasan Lorong Geylang, yang dikenal dengan kupu-kupu malamnya. ”Yang jelas saya turut senang. Rezeki bertambah,” katanya.

Muchamad Nafi


Jumlah Penumpang Dalam Negeri

  • 2002 12,3 juta
  • 2003 19,1 juta
  • 2004 23,8 juta
  • 2005 28,8 juta
  • 2006 34 juta
  • 2007* 25,3 juta

    *Sampai Oktober

    Trend Penumpang Pesawat Setiap Desember

    Luar Negeri

  • 2003 422 ribu
  • 2004 494 ribu
  • 2005 540 ribu
  • 2006 623 ribu

    Domestik

  • 2003 1,75 juta
  • 2004 1,93 juta
  • 2005 2,20 juta
  • 2006 2,64 juta

    Sumber: BPS

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus