Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Mendag Ingin Beri Subsidi Importir Kedelai, Ini Komentar Bos Bulog

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas buka suara soal usulan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan ihwal pemberian subsidi lewat pengusaha importir kedelai.

20 Januari 2023 | 08.00 WIB

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso bersama Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalukan monitoring pembongkaran beras impor di Kade 115 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Jumat, 16 Desember 2022. TEMPO/Riani Sanusi Putri
material-symbols:fullscreenPerbesar
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso bersama Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalukan monitoring pembongkaran beras impor di Kade 115 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Jumat, 16 Desember 2022. TEMPO/Riani Sanusi Putri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas buka suara soal usulan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan ihwal pemberian subsidi lewat pengusaha importir kedelai. Ia mengatakan pihaknya lah yang secara resmi diamanatkan oleh undang-undang untuk menjaga stok dan harga pangan, termasuk kedelai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Ya begitu lah, seakan-akan itu kebijakan. Itu kan peran Bulog ini sebagai pemegang amanah undang-undang, jadi kita harus bisa melaksanakan ketersediaan stok itu, padi, jagung, kedelai," ujarnya saat ditemui Tempo di Gedung DPR RI, Senayan Jakarta Selatan pada Selasa, 17 Januari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menuturkan Bulog pun sebetulnya tidak mendapatkan subsidi. Contohnya, kata dia, dalam kegiatan impor beras. Menurut dia, Bulog membeli beras impor murni tanpa subsidi dari pemerintah. Hanya saja, tuturnya, apabila Bulog membeli beras di atas harga yang ditetapkan, Bulog akan mendapatkan biaya selisih dari pemerintah.

"Kita belinya umpamanya Rp 9.000, tapi perintah pemerintah itu Rp 8.300. Maka selisihnya itu yang diberikan oleh negara. Tapi bukan subsidi ya, itu diganti," kata dia. 

Sebelumnya, Zulkifli Hasan atau yang kerap dipanggil Zulhas menyinggung soal subsidi selisih harga kedelai yang selama ini diberikan kepada perajin tahu tempe melalui Bulog dan koperasi produsen tahu tempe Indonesia (Kopti). Subsidi itu diberikan sebesar Rp 1.000 per kilogram untuk meredam kenaikan harga kedelai.

Namun, Zulhas menilai proses pemberian subsidi ini rumit sehingga ia mengusulkan agar subsidi itu diberikan kepada pengusaha importir. "Kalau sama pengusaha saya percaya saya. Kalau Bulog lama," ujarnya saat ditemui di Cilegon, Banten pada Ahad, 15 Januari 2023. 

Selama ini untuk komoditas kedelai, Indonesia masih bergantung kepada impor. Sehingga Zulhas mengajukan usulan tersebut ke dalam rapat koordinasi terbatas yang dipimpin oleh  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. "Saya sudah usul agar subsidinya langsung aja harga ke imporitir," kata dia. 

Dia menilai subsidi selisih harga sebesar Rp 1.000 per kilogram lebih baik diberikan kepada importir, sehingga langsung menjadi subsidi harga. Artinya, jika harga kedelai sebesar Rp 12.000 per kilogram, pemerintah memberikan subsidi ke importir Rp 1.000 per kilogram. Sehingga importir menjual ke koperasi hingga perajin tahu tempe dengan harga Rp 11.000 per kiligram. 

"Nah itu kan runut. Kalau sekarang melalui kopti ngajukan satu-satu harus ada izinnya. Ruwet lah pokoknya. Mau bikin tahu tempe kok dibikin ruwet hidupnya," tutur Zulkifli. 

RIANI SANUSI PUTRI 

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus