Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika pandemi Covid 19 menyerang mulai 2020 lalu, semua orang di dunia menyesuaikan kebiasaan sehari-hari mereka sebagai respon terhadap pandemi Covid 19, misalnya belanja online. Berbelanja juga turut menjadi salah satu kebiasaan sehari-hari yang harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup baru di era pandemi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam menghadapi penutupan toko global, banyak orang kemudian beralih ke saluran online untuk perbaikan terapi belanja atau ritel. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila belanja online secara langsung melalui platform live streaming menjadi ledakan dramatis selama beberapa tahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seperti dilansir dari laman Emplifiio, satu studi menemukan bahwa pembelian melalui live streaming meningkat rata-rata sebanyak 76 persen di seluruh dunia dari masa pra-pandemi hingga tahun 2021 lalu.
Dari wilayah yang termasuk dalam studi, Eropa mengalami pertumbuhan belanja online melalui live streaming paling tinggi selama periode ini, dengan pertumbuhan pembeli live streaming sebesar 86 persen. Angka ini kemudian diikuti oleh Timur Tengah sebesar 76 persen dan Amerika Utara sebesar 68 persen. Pada tahun 2022, penjualan online kembali menyumbang 10 sampai 15 persen dari total pengecer di Uni Eropa.
Penjualan live streaming yang dilakukan langsung di situs web merek tertentu bukan satu-satunya ukuran untuk mengetahui seberapa besar pengaruh situs web dari merek produk tersebut.
Artinya, pengaruh dan pengalaman suatu brand merek tidak dapat dijadikan tolak ukur situs web mereka akan menjumpai banyak konsumen. Oleh karena itu, biasanya banyak brand yang menawarkan kerjasama dengan influencer untuk menarik konsumen masuk dalam live mereka dan membeli produk.
Meskipun demikian, banyak pembeli beranggapan bahwa perjalanan penjualan online yang dilakukan oleh suatu merek dapat mempengaruhi hingga 50 persen atau lebih dari pembelian secara fisik.
Cina
Pada tahun 2018, nilai barang dagangan kotor dari penjualan melalui live streaming e-commerce di China meningkat lebih dari 18 kali lipat yakni dari angka 120 miliar yuan menjadi 2,27 triliun pada tahun 2021 dan diperkirakan akan terus meningkat mencapai 4,9 yuan tahun ini.
Salah satu penjual di live streaming yang paling populer adalah Jiaqi (Austin) Li, atau sering dijuluki “Raja Lipstik.” Dia memiliki 6,5 juta pengikut untuk streaming langsung di Taobao live dan penonton setiap malam sebanyak 2 juta penonton. Dia juga pernah menjadi selebriti TikTok dengan lebih dari 30 juta penonton.
Saat ini di China, apabila konsumen meng-klik toko mall online resmi merek besar manapun dari pakaian hingga kosmetik, mereka akan cenderung melihat spanduk untuk streaming langsung di platform online pada halaman depan.
Artinya, orang yang menjual merek di toko fisik, didorong untuk mencoba melakukan streaming langsung dan mencoba sendiri produk yang mereka ingin jual di depan pemirsa.
Amerika Serikat
Seiring populernya berjualan melalui live streaming di China, Amerika Serikat mengalami pergeseran dari mega influencer ke micro influencer.
Dilansir dari laman Forbes, penjualan di live streaming bergerak melampaui acara khusus yang dikendalikan oleh sekelompok kecil influencer selebritas.
Sementara itu, selama bertahun-tahun Amerika adalah raja global media dan hiburan, pembuat tren lintas global kini muncul di Asia. Di satu sisi, penjualan e-commerce di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 17 miliar dolar Amerika dan belanja online melalui live streaming diperkirakan akan meningkat pendapatannya menjadi 55 miliar dolar pada tahun 2026.
Pilihan editor: Google Kembangkan Kecerdasan Buatan Alias AI Buat Membantu Manusia-Berbelanja