Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Berharap BLU Batu Bara

Ditunggu sejak awal tahun, pembentukan badan layanan umum atau BLU batu bara belum terwujud hingga hari ini. Pengusaha punya harapan besar.

6 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Aktivitas bongkar muat batubara di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 4 Agustus 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Aktivitas bongkar muat batubara di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 4 Agustus 2022. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

JAKARTA – Para pengusaha menanti pembentukan badan layanan umum atau BLU batu bara. Ditunggu sejak awal tahun, belum ada titik terang soal peresmian instansi ini.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia, Hendra Sinadia, menyatakan BLU batu bara sangat dinanti karena menawarkan solusi masalah kelistrikan di dalam negeri. Salah satunya terkait dengan harga untuk kebutuhan domestik atau domestic market obligation (DMO) yang diserap PT PLN (Persero).

Pemerintah membatasi harga jual batu bara ke PLN sebesar US$ 70 per ton. Sementara itu, di pasar global, harganya bisa lebih tinggi. Sebagai contoh, harga batu bara acuan Indonesia per Agustus tahun ini sudah mencapai US$ 321,59 per ton. Perbedaan harga ini membuat pemasok batu bara cenderung memilih ekspor daripada menyetor hasil produksinya untuk DMO.

Dengan BLU batu bara, disparitas harga diyakini tak akan lagi menjadi masalah. Pemerintah bakal melepas harga jual batu bara untuk DMO ke pasar, sedangkan PLN tetap membeli dengan harga US$ 70 per ton. Jika harga pasar lebih tinggi dari harga DMO, selisihnya bakal dibiayai oleh BLU. Sumber dananya berasal dari iuran ekspor batu bara.

Hendra menuturkan pengusaha sedang menanti detail pengoperasian BLU batu bara. "Harapannya, bisa ada pembahasan dulu sehingga nanti formula yang dihasilkan benar-benar bisa menyelesaikan masalah," kata dia kepada Tempo, kemarin. Yang menjadi perhatian pengusaha, antara lain, adalah besaran iuran ekspor, ketepatan waktu penyaluran dana kompensasi untuk pemasok, dan transparansi pengelolaan BLU batu bara.

Yang juga ikut menanti badan baru ini adalah PLN. EVP Batu Bara PT PLN, Sapto Aji Nugroho, menuturkan suplai DMO sering tersendat saat harga di pasar global melonjak. Sementara itu, di sisi lain, PLN kesulitan mencari mitra baru. "Perbedaan harga penalti dan kompensasi DMO membuat pemasok memilih tidak mau berkontrak dengan PLN," kata dia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus