Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Menteri PPN/Bappenas Klaim Holding Industri Pertahanan Defend ID Catatkan Pendapatan Besar

Pendapatan Defend ID bahkan disebut lebih besar dibandingkan pendapatan perusahaan pertahanan dari Turki, Roketsan Turkiye.

16 November 2024 | 08.58 WIB

Pekerja melakukan perawatan bagian kokpit pesawat NC 212i milik TNI AU yang telah selesai diproduksi di Hanggar PT Dirgantara Indonesia, (PT DI) di Bandung, Jawa Barat, Jumat 27 September 2024. PT DI memproduksi sebanyak sembilan unit pesawat NC 212i dengan kapasitas 21 orang untuk TNI AU yang memiliki kegunaan transportasi dan modifikasi cuaca serta memiliki teknologi terbaru seperti digital cockpit dan auto pilot. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
material-symbols:fullscreenPerbesar
Pekerja melakukan perawatan bagian kokpit pesawat NC 212i milik TNI AU yang telah selesai diproduksi di Hanggar PT Dirgantara Indonesia, (PT DI) di Bandung, Jawa Barat, Jumat 27 September 2024. PT DI memproduksi sebanyak sembilan unit pesawat NC 212i dengan kapasitas 21 orang untuk TNI AU yang memiliki kegunaan transportasi dan modifikasi cuaca serta memiliki teknologi terbaru seperti digital cockpit dan auto pilot. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Rachmat Pambudy, mengklaim holding industri bidang pertahanan di Indonesia, yaitu Defence Industry Indonesia atau Defend ID, mencatatkan pendapatan besar. Pendapatan Defend ID bahkan disebut lebih besar dibandingkan pendapatan perusahaan pertahanan dari Turki, Roketsan Turkiye.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Pendapatan Defence Industry Indonesia (Defend Id) pada 2023 mencapai angka yang melebihi pendapatan perusahaan pertahanan Roketsan Turkiye,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal ini, menurutnya, menunjukkan keberhasilan kebijakan yang berpihak ke industri pertahanan. Keberpihakan pemerintah kepada industri pertahanan, kata Rachmat, tercermin dalam berbagai regulasi dan peningkatan anggaran untuk produk pertahanan dalam negeri. Salah satu langkah strategis adalah melalui kebijakan spend to invest, mewajibkan perusahaan pertahanan luar negeri berinvestasi di Indonesia saat Indonesia membeli produk mereka. 

“Bentuk investasi ini dapat berupa pembangunan fasilitas produksi, kerja sama produksi, atau Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) di Indonesia,” kata Rachmat.

Rachmat berharap industri pertahanan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terutama untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen dan kemiskinan 0 persen.

Rachmat juga menegaskan pentingnya ekosistem industri pertahanan bagi perekonomian negara. Menurut Rachmat, mustahil suatu negara menjadi negara maju bila industri pertahanan di dalam negerinya tidak kuat.

“Tidak ada negara maju tanpa industri pertahanan yang kuat,” ucap Rachmat seperti dikutip Jumat, 15 November 2024.

Sebelumnya, Rachmat telah berkomitmen untuk mendukung pengembangan pesawat N219 oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Kementerian PPN/Bappenas sendiri, kata Rachmat, akan berperan sebagai inisiator program percepatan dan enabler dalam pengembangan ekosistem dirgantara, serta penyusun rencana pengembangan.

Menurutnya, pesawat N219 dapat menjadi solusi penting untuk daerah yang selama ini sulit dijangkau, sehingga mendorong pembangunan ekonomi daerah. Sebab pesawat N219 memang dirancang untuk memenuhi kebutuhan operasi di wilayah dengan karakteristik khusus, seperti elevasi tinggi, landasan pendek, dan kondisi cuaca yang sulit diprediksi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus