Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi pada September 2022 sebesar 1,17 persen month to month (mtm). Sementara inflasi secara tahunan menembus 5,95 persen year to year (yoy).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebut data yang dirilis tersebut lebih baik dibandingkan ekspektasi para analis, yakni laju inflasi 1,2 persen mtm dan angka inflasi tahunan sebesar 5,98 persen yoy.
“Lonjakan inflasi didorong naiknya harga BBM (bahan bakar minyak) bersubsidi,” ujar Ibrahim dalam keterangannya, Senin, 3 Oktober 2022. Sebagaimana diketahui, pada 3 September 2022 pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Termasuk harga Solar subsidi dikerek menjadi Rp 6.800 per liter dari Rp 5.150 per liter.
“Dua BBM subsidi tersetting rata-rata naik 31,4 persen,” kata Ibrahim.
Meskipun inflasi September masih di bawah prakiraan para analis, Ibrahim mengatakan hal tersebut tetap menjadi pekerjaan rumah atau PR bagi pemerintah untuk menjaga transmisi harga energi dan komoditas. Pasalnya pada Agustus 2022, inflasi nasional telah mencapai 4,69 persen. Angka tersebut sudah mengalami penurunan, tetapi sumbangan terbesarnya tetap berasal dari kelompok harga pangan bergejolak (volatile foods).
“Kemudian juga dari proses transmisi dari harga-harga energi yang masuk ke dalam harga kelompok barang yang ditentukan pemerintah (administered price),” ungkap Ibrahim.
Ibrahim menambahkan, penyumbang yang terus tinggi selanjutnya adalah kecepatan dari normalisasi moneter dari negara-negara maju, sehingga menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global. Sejalan dengan itu, ke depannya tekanan inflasi masih terus berlanjut.
“Harga pangan dan energi masih terus mengalami peningkatan dan distrupsi dari pasokan juga terus terjadi sehingga risiko untuk inflasi nasional masih berada di atas 4 persen di tahun 2022 dan 2023,” ujar Ibrahim.
Sementara itu, secara bersamaan Indeks PMI Manufaktur Indonesia naik menjadi 53,7 persen pada September 2022. Sedangkan sebelumnyaa berada di level 51,7 pada Agustus 2022. “S&P Global Indonesia mencatat ini merupakan angka tertinggi sejak Januari tahun ini dan 13 tahun beruntun dengan kontraksi terakhir terjadi pada bulan Agustus tahun lalu, ketika varian delta menyebar luas,” jelas Ibrahim.
Baca Juga: Terkini Bisnis: RANS Entertainment Buka Lowongan Kerja, Kisah Jatuh Bangun CEO HMNS
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini