Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Nilai Tukar Rupiah Terapresiasi di Tengah Banyak Negara Terkoreksi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan hingga akhir Juni 2023 atau semester satu 2023 nilai tukar rupiah mengalami apresiasi dibandingkan dolar Amerika Serikat.

24 Juli 2023 | 12.02 WIB

Aktivitas pelayanan penukaran mata uang asing di kawasan Kwitang, Jakarta, Selasa, 4 Agustus 2020. Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup berbalik menguat 5 poin atau 0,03 persen ke level Rp14.625 per dolar AS pada Selasa (4/8) sore. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Aktivitas pelayanan penukaran mata uang asing di kawasan Kwitang, Jakarta, Selasa, 4 Agustus 2020. Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup berbalik menguat 5 poin atau 0,03 persen ke level Rp14.625 per dolar AS pada Selasa (4/8) sore. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan hingga akhir Juni 2023 atau semester satu 2023 nilai tukar rupiah mengalami apresiasi dibandingkan dolar Amerika Serikat. Hal itu terjadi karena neraca perdagangan dan neraca pembayaran Indonesia secara umum cukup baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sri Mulyani menjelaskan, banyak negara yang sudah terkoreksi cukup dalam, tapi Indonesia masih dalam posisi cukup baik. “Ini dikonfirmasikan dengan capital inflow, jumlah arus modal masuk ke Indonesia mencapai Rp 105,41 triliun di dominasi oleh pembelian surat berharga negara,” ujar dia dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui akun YouTube Kemenkeu RI, pada Senin, 24 Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Artinya, kata Sri Mulyani, Indonesia stabil dan memiliki atraksi dari sisi surat berharga negara. Sehingga Rp 86,18 triliun capital inflow sampai dengan bulan Juni saja inflow-nya Rp 17,53 triliun. Sedangkan ke pasar modal sebesar Rp 19,2 triliun dan pada bulan Juni justru terjadi outflow Rp 4,38 triliun. 

Dia melanjutkan, ada satu hal yang harus diperhatikan juga bahwa yield surat berharga negara Indonesia dari sisi local currency terus mengalami perbaikan, artinya menurun. Sehingga cost of fund ditekan di tengah-tengah federal reserve terus menaikkan suku bunga. 

“Kalau kita lihat pada bulan ini yang harus diperhatikan adalah kebijakan moneter federal reserve yang akan merespons penurunan inflasi head line yang telah menurun di 3 persen di Amerika Serikat,” tutur Sri Mulyani.

Namun inflasi core Amerika masih dianggap cukup tinggi di 4,7 dan ini tentu akan mempengaruhi kebijakan federal reserve yang akan diambil pada akhir bulan ini. Hal itu juga entu akan mempengaruhi berbagai sentimen, tapi diharapkan tetap terjaga resilience dengan berbagai kebijakan yang terjadi di level global.

“Terutama negara-negara maju yang pengaruhnya sangat besar terhadap global ekonomi. Ini adalah hal yang cukup baik dari resiliensi dan juga kinerja perekonomian Indonesia baik dari faktor domestik dari sisi eksternal,” kata Sri Mulyani.

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus