Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pelabuhan Pengganti Cilamaya Ditentukan Lewat Lelang

Operator Pelabuhan Patimban Subang, Jawa Barat, atau pelabuhan penganti Pelabuhan Cilamaya, akan ditentukan melalui lelang internasional.

25 April 2016 | 19.31 WIB

Suasana Pelabuhan Balohan di Sabang, Pulau Weh, Aceh, 17 April 2016. Pelabuhan Balohan merupakan salah satu pelabuhan penumpang di Pulau Weh yang dilalui dua jenis kapal penumpang yakni Kapal Ferry (lebih dikenal dengan sebutan kapal lambat) dan Kapal Mot
Perbesar
Suasana Pelabuhan Balohan di Sabang, Pulau Weh, Aceh, 17 April 2016. Pelabuhan Balohan merupakan salah satu pelabuhan penumpang di Pulau Weh yang dilalui dua jenis kapal penumpang yakni Kapal Ferry (lebih dikenal dengan sebutan kapal lambat) dan Kapal Mot

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Operator Pelabuhan Patimban Subang, Jawa Barat, atau pelabuhan penganti Pelabuhan Cilamaya, akan ditentukan melalui lelang internasional. Direktur Kepelabuhanan (Sudah diubah nomenklaturnya) Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Mauritz H.M. Sibarani mengatakan konsorsium asing bisa ikut serta selama mengikuti aturan. “Boleh yang penting ikut aturan 49% dan 51%-nya kita ,” ujarnya, Senin (25 April 2016).


Kemenhub berharap proyek Pelabuhan Patimban tahap I bisa selesai pada 2019. Sementara itu, dia mengaku proyek ini memiliki tiga tahap dengan berbagai fase. Adapun, Pelabuhan Patimban baru akan selesai secara menyeluruh pada 2027.


Dalam rencana Kemenhub, pembangunan Tahap 1 terbagi menjadi dua fase. Tahap 1 fase 1, pembangunan meliputi terminal kontainer 420 m dengan kapasitas 250.000 TEUs. dan terminal kendaraan 345 meter dengan kapasitas 242.500 CBU. Biaya pembangunan Tahap I fase 1 diperkirakan sekitar Rp17.63 triliun.


Tahap 1 fase 2 terdiri dari terminal kontainer 1.740 meter dengan kapasitas 3,13 juta TEUs dan terminal kendaraan 345 meter dengan kapasitas 242.500 CBU ditambah dengan terminal ro-ro sepanjang 200 meter, terminal kapal negara 300 meter dan total kedalaman kolam -15 meter LWS (low water spring).


Sementara itu, dia mengungkapkan skema pinjaman dengan pemerintah Jepang sendiri belum ditetapkan karena jaminan hukum dari pemerintah belum dikeluarkan. “Sesudah ada persetujuan Presiden terkait dengan Perpres-nya baru kita bicara soal skema pinjaman,” tegasnya.


Pihak pemerintah Jepang, lanjutnya, sudah secara formal dan informal menyetujui proyek ini. Namun, dia mengaku proses pengesahan pinjaman dan sebagainya harus melalui proses birokrasi di Bappenas dan Kementerian Luar Negeri.


Beberapa waktu lalu, dia mengungkapkan Dirjen Perhubungan Laut Jepang sudah meninjau secara langsung lokasi Pelabuhan Patimban. Berdasarkan perhitungan Kemenhub, pembangunan pelabuhan di wilayah Jawa Barat ini membutuhkan dana sekitar US$3 miliar atau Rp39,87 triliun.


PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II sebagai BUP yang mengoperasikan Pelabuhan Tanjung Priok belum menunjukan minatnya terhadap Pelabuhan Patimban. Corporate Secretary Pelindo II Banu Astrini mengaku perusahaan masih fokus pada proyek pengembangan pelabuhan yang telah diprogramkan.


Adapun program pengembangan pelabuhan yang dicanangkan perusahaan a.l. Pelabuhan Kijing, Pelabuhan Tanjung Carat, Pelabuhan Sorong, Inland Waterways-Kanal Cikarang Bekasi Laut dan pengembangan tahap selanjutnya dari proyek NewPriok.


 BISNIS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saroh mutaya

Saroh mutaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus