Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid buka suara mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS). Dia menyebut, Kadin terus mencermati perkembangan kondisi ekonomi global. Khususnya, terkait dengan penguatan dolar AS yang melemahkan nilai tukar rupiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dia menekankan, pelemahan mata uang rupiah menimbulkan ancaman terhadap rantai pasok atau supply chain. Ancaman ini, pada akhirnya berimbas pada peningkatan beban biaya operasional perusahaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Hal ini dapat berujung pada melonjaknya biaya operasional perusahaan, seperti bahan baku, logistik, dan transportasi. Kondisi pelemahan nilai tukar juga dapat meningkatkan beban utang khususnya dalam dolar AS, serta berpotensi dapat meningkatkan inflasi," kata Arsjad melalui keterangan tertulis pada Rabu, 19 Juni 2024.
Oleh karenanya, Kadin Indonesia mengimbau pemangku kepentingan yang bertanggung jawab dalam hal ini untuk tetap mewaspadai dampak kenaikan nilai tukar. Khususnya dalam menjaga inflasi, daya saing pelaku usaha, sekaligus daya beli masyarakat.
"Kehati-hatian juga perlu diterapkan oleh pihak-pihak yang sangat bergantung pada nilai tukar, seperti importir dan pemegang utang dalam nominal dolar AS," kata Arsjad.
Kepada pelaku usaha, Kadin Indonesia mengimbau agar dapat mengambil langkah antisipatif jangka pendek. Misalnya seperti melakukan kalkulasi ulang atas beban usaha. Namun, tetap mengedepankan prinsip efisiensi.
Selain itu, dunia usaha juga diharapkan mencari bahan baku alternatif guna mengurangi ketergantungan atas bahan baku impor. Terakhir, dunia usaha diharapkan berhati-hati dalam merealisasikan keputusan berinvestasi serta mengembangkan usahanya.
"Kadin Indonesia juga mendorong seluruh pihak untuk bekerja sama dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dalam menghadapi tantangan ini," tuturnya.
Pilihan Editor: Pertamina Gas Jajaki Kerja Sama Bisnis LNG dengan Korea Selatan