Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pengelola Dana Haji Ingin Tambah Porsi Saham di Bank Muamalat

Selama ini, Badan Pengelola Keuangan Haji telah menjadi pemegang saham Bank Muamalat dengan porsi kecil.

8 Maret 2020 | 11.33 WIB

Bank Muamalat. TEMPO/Dinul Mubarok
Perbesar
Bank Muamalat. TEMPO/Dinul Mubarok

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menyatakan minatnya untuk menambah porsi saham di PT Bank Muamalat Indonesia Tbk., dengan menyuntikkan modal baru. Suntikan modal ini akan dilakukan seiring dengan rencana penerbitan saham baru pada tahun ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selama ini, BPKH telah menjadi pemegang saham Bank Muamalat dengan porsi kecil. Karena itu, BPKH berencana untuk meningkatkan porsi saham guna mengoptimalkan aset kelolaan yang saat ini tercatat Rp 123 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami punya rencana, dan telah mengajukan proposal ke OJK [Otoritas Jasa Keuangan] dan Bank Muamalat. Namun, semua nantinya tergantung pada otoritas yang mengacu pada aturan yang berlaku," kata Anggota Badan Pelaksana bidang Investasi BPKH, Beny Witjaksono kepada Bisnis, Jumat 6 Maret 2020. 

Beny mengkaim bahwa pengelola dana haji ini memiliki kemampuan investasi langsung sebesar 20 persen dari total aset. Atau, dengan skema investasi lain sebesar 10 persen dari total aset.

Meski demikian, dia menuturkan BPKH akan tetap hati-hati dalam menentukan nilai investasi. Pasalnya, PP Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Haji, tidak memperbolehkan investasi rugi. "Kami juga terus mempelajari kondisi Muamalat ini. Bagaimana pun aset yang kami kelola adalah uang jemaah. Kami harus mampu memenuhi aturan itu," katanya.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan lampu hijau kepada Al-Falah sebagai calon investor. Konsorsium bentukan Ilham Habibie bersama CP5 Hold Co 2 Limited itu akhirnya direstui oleh otoritas untuk menyuntikkan dana ke Bank Muamalat.

 

Menurut Dirut Bank Muamalat Achmad K. Permana, kemampuan Al-Falah dalam penyuntikan modal pada tahun ini sampai Rp 3,2 triliun. Adapun kebutuhan modal untuk tier satu perusahaan hanya sebesar Rp 2 triliun.

Sesuai dengan risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Desember 2019, Bank Muamalat akan melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) VI dengan skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Jumlah saham baru yang diterbitkan sebanyak-banyaknya 32,9 miliar lembar saham.

Dengan asumsi harga Rp100 per lembar saham berarti dana yang dikumpulkan senilai Rp 3,2 triliun. "Nah, di investor nanti akan menentukan apa mau langsung Rp 3,2 triliun atau ditambah dengan subdate modal tier dua. Yang jelas, tier satu Rp 3,2 triliun," kata Permana, baru-baru ini.

Angka ini cukup mendekati dengan permintaan OJK yang sebelumnya meminta dana disetor minimal Rp 4 triliun. Angka tersebut adalah separuh kebutuhan tambahan modal Bank Muamalat yang menurut taksiran OJK sebesar Rp 8 triliun.

BISNIS 
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus